Minggu, 29 Juni 2014

Puasa Ramadhan Syarat dan Ketentuanya

 

Syarat Sah dan Rukun Puasa
Syarat sahnya puasa ada dua, yaitu:(1) Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas. (2) Berniat.
Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.”
Namun, para pembaca sekalian perlu ketahui bahwasanya niat tersebut bukanlah diucapkan (dilafadzkan). Karena yang dimaksud niat adalah kehendak untuk melakukan sesuatu dan niat letaknya di hati. Semoga Allah merahmati An Nawawi rahimahullah –ulama besar dalam Syafi’iyah- yang mengatakan, “Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama. Ulama Syafi’iyah lainnya, Asy Syarbini rahimahullah mengatakan, “Niat letaknya dalam hati dan tidak perlu sama sekali dilafazhkan. Niat sama sekali tidak disyaratkan untuk dilafazhkan sebagaimana ditegaskan oleh An Nawawi dalam Ar Roudhoh.
Niat puasa harus diperbaharui setiap harinya dan harus diniatkan sebelum masuk waktu Shubuh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa siapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka puasanya tidak sah.
Adapun rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar (yaitu fajar shodiq) hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).

 

Sunnah-Sunnah Puasa
1. Mengakhirkan sahur. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah. Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, ”Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?” Zaid menjawab, ”Sekitar membaca 50 ayat”.
2. Menyegerakan berbuka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.
3. Berdo’a ketika berbuka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca do’a, “Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)
Adapun do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka); Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih. Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.
5. Memberi makan pada orang yang berbuka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.
6. Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan Ramadhan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.

 

Pembatal-Pembatal Puasa
1. Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini merupakan pembatal puasa berdasarkan kesepakatan para ulama.
2. Muntah dengan sengaja.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qodho’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qodho’
3. Haidh dan nifas. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Keluarnya darah haidh dan nifas membatalkan puasa berdasarkan kesepakatan para ulama. Jika wanita haidh dan nifas tidak berpuasa, ia harus mengqodho’ puasanya di hari lainnya. Berdasarkan perkataan ‘Aisyah, “Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.”
4. Keluarnya mani dengan sengaja. Artinya mani tersebut dikeluarkan dengan sengaja tanpa hubungan jima’ seperti mengeluarkan mani dengan tangan, dengan cara menggesek-gesek kemaluannya pada perut atau paha, dengan cara disentuh atau dicium. Hal ini menyebabkan puasanya batal dan wajib mengqodho’, tanpa menunaikan kafaroh. Inilah pendapat ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Dalil hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “(Allah Ta’ala berfirman): ketika berpuasa ia meninggalkan makan, minum dan syahwat karena-Ku”. Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat, sehingga termasuk pembatal puasa sebagaimana makan dan minum.
5. Jima’ (bersetubuh) di siang hari. Menurut mayoritas ulama, jima’ (hubungan badan dengan bertemunya dua kemaluan dan tenggelamnya ujung kemaluan di kemaluan atau dubur) bagi orang yang berpuasa di siang hari bulan Ramadhan (di waktu berpuasa) dengan sengaja dan atas kehendak sendiri (bukan paksaan), mengakibatkan puasanya batal, wajib menunaikan qodho’, ditambah dengan menunaikan kafaroh. Terserah ketika itu keluar mani ataukah tidak. Wanita yang diajak hubungan jima’ oleh pasangannya (tanpa dipaksa), puasanya pun batal, tanpa ada perselisihan di antara para ulama mengenai hal ini. Adapun wanita yang diajak bersetubuh di bulan Ramadhan tidak punya kewajiban kafaroh, yang menanggung kafaroh adalah si pria. Kafaroh yang harus dikeluarkan adalah dengan urutan sebagai berikut: a) membebaskan seorang budak mukmin yang bebas dari cacat, b) jika tidak mampu, berpuasa dua bulan berturut-turut, c) jika tidak mampu, memberi makan kepada 60 orang miskin.

 

Beberapa Hal yang Dibolehkan Ketika Puasa
1. Mendapati waktu fajar dalam keadaan junub. Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati waktu fajar (waktu Shubuh) dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.
2. Bersiwak ketika berpuasa. Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun siwak (ketika berpuasa) maka itu dibolehkan tanpa ada perselisihan di antara para ulama. Akan tetapi, para ulama berselisih pendapat tentang makruhnya hal itu jika dilakukan setelah waktu zawal (matahari tergelincir ke barat). Ada dua pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad dalam masalah ini. Namun yang tepat, tidak ada dalil syari’i yang mengkhususkan bahwa hal tersebut dimakruhkan. Padahal terdapat dalil-dalil umum yang membolehkan untuk bersiwak.
Adapun menggunakan pasta gigi, lebih baik tidak digunakan ketika berpuasa karena pasta gigi memiliki pengaruh sangat kuat hingga bisa mempengaruhi bagian dalam tubuh dan kadang seseorang tidak merasakannya.
3. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung asal tidak berlebihan. Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung) dibolehkan bagi orang yang berpuasa berdasarkan kesepakatan para ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat juga berkumur-kumur dan beristinsyaq ketika berpuasa. … Akan tetapi, dilarang untuk berlebih-lebihan ketika itu.
4. Bercumbu dan mencium istri selama aman dari keluarnya mani. Orang yang berpuasa dibolehkan bercumbu dengan istrinya selama tidak di kemaluan dan selama terhindar dari terjerumus pada hal yang terlarang. Puasanya tidak batal selama tidak keluar mani. An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani”.
5. Bekam dan donor darah jika tidak membuat lemas. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ditanya, “Apakah kalian tidak menyukai berbekam bagi orang yang berpuasa?” Beliau berkata, “Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan lemah.” (HR. Bukhari no. 1940). Termasuk dalam pembahasan bekam ini adalah hukum donor darah karena keduanya sama-sama mengeluarkan darah sehingga hukumnya pun disamakan.
6. Mencicipi makanan selama tidak masuk dalam kerongkongan. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan, “Tidak mengapa seseorang yang sedang berpuasa mencicipi cuka atau sesuatu, selama tidak masuk sampai ke kerongkongan.
7. Bercelak dan tetes mata. Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Pendapat yang lebih kuat adalah hal-hal ini tidaklah membatalkan puasa.”
8. Mandi dan menyiramkan air di kepala untuk membuat segar. Dari Abu Bakr bin ‘Abdirrahman, beliau berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Al ‘Aroj mengguyur kepalanya -karena keadaan yang sangat haus atau sangat terik- dengan air sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. ”[32]
9. Menelan dahak. Menurut madzhab Hanafiyah dan Malikiyah, menelan dahak[33] tidak membatalkan puasa karena ia dianggap sama seperti air ludah dan bukan sesuatu yang asalnya dari luar.[34]
Demikian sajian singkat dari remajaislam.com seputar hukum puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat. [Lihat pembahasan selengkapnya di www.muslim.or.id.]
 

Kisah Asiyah Istri Firaun

Dahulu kala Mesir merupakan negeri dengan tingkat kebudayaan yang tinggi. Hingga kini peninggalannya masih menakjubkan dan penuh dengan misteri. Sungai Nil membelah daratan Mesir membuat negeri ini subur dengan peradaban yang lebih maju ketimbang negeri lainnya. Fir’aun adalah gelar yang diberikan pada raja yang memimpin negeri itu.
KEMAKMURAN dan tingginya peradaban bangsa Mesir membuat Fir’aun menjadi angkuh dan sewenang-wenang, bahkan Fir’aun menganggap dirinya tuhan yang harus disembah oleh seluruh manusia. Tidak segan-segan Fir’aun menghukum salib bagi rakyat yang menentangnya, seperti tercantum dalam Al Qur’an surat Al Fajr ayat 10 : “Dan kepada Fir’aun yang mempunyai banyak salib”
.
 

Sifat Fir’aun yang kejam dan kasar sangat bertolak belakang dengan sifat istrinya, Asiyah binti Mazaahim. Selain parasnya yang cantik, Asiyah memiliki perangai yang lemah lembut dan menyayangi rakyatnya. Kehidupan Fir’aun dan Asiyah ditemani seorang putrinya dan banyak sekali para punggawa dan pelayan yang setia.
Hingga pada suatu hari ketika putri Fir’aun sedang bersolek, ia memanggil seorang pelayan yang mempunyai tugas menyisir rambutnya. Ketika pelayan sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Karena terkejut tanpa di sadari terlepas ucapan dari mulutnya, “Rugilah orang yang ingkar pada Tuhan Alloh!”.
Kalimat itu membuat puteri Fir’aun terhenyak,”Hai! Apa katamu? Tuhanmu adalah ayahku, raja Fir’aun. Mengapa kau sebut-sebut Tuhan Alloh?!”
“Alloh adalah Tuhan saya, Tuhannya baginda Fir’aun dan Tuhannya semesta alam”.
“Jadi kau tidak mau mengakui ayahku sebagai tuhan?”
“Maaf tuan puteri, tapi memang demikian adanya”
“Plaakk!!!” puteri Fir’aun smenampar muka si pelayan,”Kurang ajar! Akan kuadukan pada ayahku!”
Buru-buru puteri Fir’aun keluar kamar dan menemui ayahnya, ia menceritakan kejadian yang baru dia alami.
Hmm. Benarkah?” Tanya Fir’aun.
“Benar ayah, dia malah menyebut-nyebut Alloh sebagai Tuhan alam semesta”
Fir’aun murka, diperintahkannya dua orang pengawal untuk membawa si pelayan ke hadapannya. Setelah si pelayan menghadap,”Hai pelayan! Kata puteriku kau mengakui tuhan selain aku?”
“Maaf baginda. Tuhanku dan juga Tuhan baginda adalah Alloh. Di seluruh alam ini hanya Alloh lah yang wajib disembah”
Kalimat yang keluar dari mulut pelayan itu membuat telinga Fir’aun memerah. Tak ayal lagi, ia menjebloskan si pelayan ke dalam penjara yang disiapkan bagi orang-orang yang dianggap berbahaya dan mambangkang. Dalam keadaan kaki tangan terikat, si pelayan dilempar ke dalam ruangan yang gelap dan kumuh, lalu sengaja dilepaskan berbagai macam binatang berbisa untuk menambah siksaan.
Berhari-hari si pelayan mendekam di dalam penjara. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka gigitan dan sengatan. Namun ia tetap sabar dan tabah, keimanannya bahkan bertambah tebal. “Tidak sepantasnya aku mengeluh. Apalah artinya siksaan ini dibandingkan dengan siksa Alloh di neraka. Ya Alloh, berilah hamba kekuatan…”
Keteguhan Hati Si Pelayan
SUATU ketika datanglah Fir’aun disertai pengawal menengoknya. Fir’aun berharap dengan beratnya siksaan yang dialami si pelayan maka ia akan kembali setia pada Fir’aun. Tetapi sia-sia, keteguhan hati si pelayan dan cintanya kepada Alloh membuat ia rela menderita di dunia demi kebahagiaan yang kekal di sisi Alloh.
Lagi-lagi Fir’aun berang. Kini ia melakukan berbagai cara untuk menekan si pelayan agar mau kembali setia padanya.
“Pengawal! Cambuk Dia dan bawa anaknya kemari!”
Tak lama kemudian pengawal sudah menggendong dua bocah yang masih lugu dan lucu. Fir’aun hendak menunjukkan kekejamannya terhadap orang-orang yang menentangnya. Salah satu anak si pelayan diikat dan lehernya disandarkan pada batu besar, pedang di tangan Fir’aun telah diletakkan di atas leher si anak.
“Ibuuu!!!” teriak si anak memandangi ibunya berharap agar si ibu menolongnya.
“Ohh, Anakku …”
Pemandangan yang sangat mengerikan sekaligus mengharukan itu sempat dilihat oleh Asiyah, istri fir’aun.
“Kakanda, bisahkah engkau mengubah hukuman Dia?”
“Jangan ikut campur! Bila tidak tahan keluar dari ruangan ini!”
Cress!!!” Anak tak berdosa itu tewas oleh pedang Fir’aun. Si pelayan pun menangis demi melihat anaknya dibunuh. Asiyah yang juga menyaksikan kejadian itu tak dapat membendung air matanya. Ia mendekati si pelayan dan mengelus kepalanya,”Tabahkan hatimu….”
Di tengah suasana yang penuh duka, terdengar suara yang hanya bisa didengar oleh si pelayan dan Asiyah, itu adalah suara anak si pelayan yang baru saja dibunuh.
“Ibu, janganlah menangisi kepergianku. Aku telah bahagia di dalam surga. Berbahagialah, ibu akan mendapat pahala yang besar dari Alloh karena ketaqwaan ibu kepada Alloh…” Kemudian suara itu menghilang.
Asiyah yang memperhatikan semua ini dalam hatinya berkata,”Betapa teguh perempuan ini, apa yang diyakininya memang benar. Fir’aun bukanlah tuhan, tapi manusia biasa yang kejam dan licik”

Keyakinan Asiyah pada Alloh
KEESOKAN harinya Fir’aun, Asiyah dan pengawalnya kembali mendatangi si pelayan. Kali ini pengawal menggandeng anak pelayan yang kedua. Sementara kondisi kesehatan Pelayan semakin memburuk akibat luka-lukanya ditambah guncangan jiwa atas kematian anak pertamanya di tangan Fir’aun.
“Hei Pelayan! Nasib anakmu ada ditanganku. Apa kau tetap menyembah kepada Alloh?”
Anak pelayan meronta-ronta di cengkraman Fir’aun,”Ibuu, tolong aku Bu…”
“Apapun yang Baginda lakukan terhadap saya dan anak saya, tidak akan mengubah keyakinan saya”
“Kurang ajar!!!”
Crass!!!” pedang Fir’aun kembali memengal kepala  anak si Pelayan. Seorang anak tak berdosa lagi-lagi menjadi korban kebiadaban Fir’aun. Pelayan tidak dapat berbuat apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata. Hatinya hancur, kedua buah hati yang dicintainya telah dibantai oleh Fir’aun. Mulutnya hanya bisa berkata pelan,’Ya Alloh. Kuatkanlah iman hamba dalam menghadapi cobaan ini …”
Tiba-tiba terdengar kembali suara yang hanya bisa didengar oleh Pelayan dan Asiyah, itu adalah anak pelayan yang baru saja dibunuh,”Ibu, jangan sedih. Disini aku bahagia. Bersabarlah Bu, Alloh pasti akan menolong Ibu”
Demi mendengar kalimat yang diucapkan anaknya seolah si pelayan telah menemukan obat bagi penderitaannya. Pelayan telah menemukan kedamaian, tubuhnya terkulai lemas dengan mata terpejam. Alloh telah memanggilnya. Derita pelayan itu telah berakhir dania menjumpai kebahagiaan di sorga bersama anak-anaknya.
Sementara Asiyah diam membisu, ia terpana demi melihat kejadian di depan matanya, “Aku yakin Pelayann dan anak-anaknya itu bahagia di dalam lindungan Alloh. Aku yakin kata-kata pelayan itu benar, tidak ada Tuhan selain Alloh,” katanya dalam hati.
“Kakanda Fir’aun. Aku rasa apa yang diyakini pelayan itu benar. Bahwa Alloh adalah Tuhan yang sesungguhnya”
“Istriku, mungkin hatimu sedang guncang. Beristirahatlah!”
“Tidak!! Aku yakin bahwa Tuhan sesunguhnya adalah Alloh”
“Pengawal! Bawa istriku ke kamar. Kurung dia!”
Fir’aun menghukum Asiyah
FIR’AUN menjadi gusar dengan perubahan yang terjadi pada istrinya. Akhirnya Fir’aun memutuskan untuk membahas kerisauannya di hadapan para menterinya. Salah satu menteri berkata,”Menurut hamba, permaisuri baginda adalah wanita yang lembut dan bijaksana.”
Yang lain berkata. “Ratu juga sangat dicintai rakyat.”
“Tapi dia tidak mengakuiku sebagai Tuhan,” potong Fir’aun.
Menteri yang lain berkata,”Apakah kejadiannya memang demikian? Demi kemuliaan Fir’aun, kalau memang demikian Ratu Asiyah harus dilenyapkan, agar keyakinan terhadap Alloh tidak diikuti rakyat.”
“Kalau begitu tangkap Asiyah dan bawa dia kepadangpasir! Siapkan batu besar, aku sendiri yang akan menghukumnya.”
Asiyah pun digiring oleh bebeapa pengawal diikuti Fir’aun dan para menteri menujupadangpasir. Di bawah teriknya matahari Asiyah dibentangkan dengan kaki dan tangan terikat pada tonggak kayu. Sebuah batu besar telah diangkat di atas tubuh Asiyah. Namun tidak sedikitpun terlukis kesedihan di wajahnya.
“Mungkin inilah jalan yang harus Aku lalui demi mendapat kebahagiaan yang kekal di sisi Alloh. Mudah-mudahan cobaan ini dapat menghapus semua dosaku selama hidup bersama fir’aun. Ya Alloh, bangunkanlah untuk hamba sebuah rumah disisiMu dalam surga. Selamatkanlah hamba dari perbuatan Fir’aun dan kaumnya yang dzalim”
Alloh cinta kepada hambanya yang bertaqwa, dikabulkannya permohonan Asiyah. Seketika itu juga Asiyah dapat melihat surga di depan matanya. Asiyah yakin bahwa pemandangan itu adalah rumah akan ia huni di dalam surga. Sehingga tersenyumlah Asiyah dengan penuh kebahagiaan. Sementara Fir’aun dan pengikutnya terheran melihat tingkah Asiyah.
“Hei lihat! Akibat menyembah Alloh dia telah gila! Mau dibunuh malah tersenyum”
“Pengawal! Lakukan!”. “Crass!!!
Batu besar itu menghantam tubuh Asiyah. Tetapi sebelum batu itu menyentuh kulit Asiyah, terlebih dahulu Alloh telah mengambil ruhnya. Asiyah tidak merasakan penderitaan karena batu itu hanya menghujam jasad yang sudah tak bernyawa.
Ketaqwaan kepada Alloh akan mendapat balasan yang sangat besar dari Alloh. Ruh Asiyah menyusul ruh pelayan dan kedua anaknya ke surga, tempat kesejahteraan, kebahagiaan, ketentraman dan kemuliaan yang kekal*

Bulan Ramadhan Bulan yg Agung

 

Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud :
“Bulan Ramadhan ke Ramadhan lainnya, dan Jumaat (hari) Jumaat berikutnya, dan solat ke satu solat waktu yang berikutnya menghapus dosa yang dilakukan di antara keseluruhan itu, bila menjauhi dosa besar”. (Riwayat Muslim)
“Dalam bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan sabar, tabah (menghadapi bencana) pahala syurga”.
“….dalamnya (bulan Ramadhan) hujungnya merupakan rahmat, dan di tengah-tengahnya pengampunan, dan di akhirnya selamat daripada neraka”.
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan mendirikannya dengan iman dan ihtisab kerana Allah semata-mata, maka diampunkan baginya dosa-dosa yang lepas”.
Berkata Jibrail kepada Rasulullah s.a.w, “Barangsiapa menjumpai bulan Ramadhan, lalu ia tidak diampun dosanya, mudah-mudahan Allah menjauhkan (rahmat-Nya) padanya, ucapkanlah amin”. Maka sabda Rasulullah s.a.w,“Amin”…
Persoalannya, mengapakah ia dijauhkan daripada rahmat Allah S.W.T?…Ya, kerana pada bulan Ramadhan itu sangat mudah mengerjakan amal-amal yang menyebabkan ia diampun dosanya. Oleh itu, orang yang tidak mendapatmaghfirah pada bulan Ramadhan beerti ia terlalu berpaling daripada Allah dan terang-terangan menentang-Nya. Maka, wajarlah ia dijauhkan dari pintu rahmat Allah. Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita daripada murka dan siksaan-Nya. Amin.
Sebuah hadis lagi menyebutkan:
“Ketika datang bulan Ramadhan maka dibuka pintu syurga dan terkunci pintu neraka, dan terbelenggu para syaitan”. (Riwayat Muttafiq alaihi)
Pada setiap malam Ramadhan itu pula sentiasa ada seruan :
“Hai pencuri kebaikan, hadapkanlah jiwamu; dan eahai pemabuk kejahatan, sedikitkanlah!!”
Sebuah keterangan lain menyebutkan bahawa sesiapa yang beribadah fardu pada bulan Ramadhan, maka ibadahnya itu dapat menyaingi 70 ibadah fardu yang dikerjakan pada bulan lain. Kalau mengerjakan ibadah sunat pada bulan Ramadhan, dapat mengatasi ibadah fardu yang dilakukan pada bulan lain. Jadi, ibadah sunat yang dikerjakan pada bulan Ramadhan kedudukannya sama dengan ibadah fardu yang dikerjakan pada bulan lain. Ibadah fardu yang dikerjakan pada bulan yang mulia ini akan dilipatgandakan sehingga 70 kali.
 

Adab Orang Berpuasa
Sesungguhnya orang yang berpuasa itu ada adabnya. Ini kerana puasa itu tidak akan diterima kecuali dengan memenuhi adab tersebut.
Moral terpenting bagi orang yang sedang berpuasa ialah
Harus menjaga mulutnya daripada berbohong, mengumpat dan   membebel yang tidak ada gunanya.
Menjaga kedua-dua mata dan hidung daripada melihat dan mencium hal-hal yang haram atau perbuatan lain yang melampaui batas.
Menjaga perutnya daripada makanan-makanan yang diragui lebih-lebih lagi yang haram terutama pada waktu berbuka puasa. Berkata orang budiman :
“Ketika kamu berpuasa maka lihatlah atas sesuatu apa yang kamu berbuka, dan di tempat siapa kamu berbuka”
Kata-kata di atas adalah satu peringatan buat kita, agar berhati-hati pada waktu berbuka puasa; dari mana harta itu? Dan di rumah siapa kita sedang berbuka?
Wajib menjaga seluruh anggota tubuh daripada lembah dosa dan maksiat Khaliqnya.
Dengan menjaga semua itu, insya-Allah puasa seseorang itu akan sempurna dan bersih daripada noda. Banyak orang yang penat berpuasa, menahan lapar dan dahaga pada siang hari, tetapi anggota tubuhnya melakukan maksiat, maka hanguslah puasanya dan sia-sia pula usahanya. Ini bersesuaian dengan apa yang diperingatkan oleh Rasulullah s.a.w :
“Berapa banyak orang yang berpuasa ia tidak mendapt pahala daripada puasanya itu kecuali lapar dan dahaga”.
Oleh itu, orang yang berpuasa itu harus bersungguh-sungguh menjauhi maksiat. Ia harus dan wajib menghindar daripada perbuatan dosa. Walaupun tidak berpuasa harus juga menghindari maksiat apalagi yang sedang berpuasa. Sabda Rasulullah s.a.w :
“Puasa adalah perisai, maka apabila ada hari puasa salah satu si antara kalian, janganlah berkata kotor, dan jangan fasiq, dan jangan bodoh (mengerjakan sesuatu yang biasa dilakukan orang bodoh). Maka apabila ada seseorang yang memusuhinya atau hendak membunuhnya, maka katakanlah. ‘Maaf, saya sedang berpuasa’…”.
Jangan terlalu banyak tidur di siang hari dan banyak makan pada malamnya.
- Lakukanlah sesederhana yang boleh sehingga kamu dapat merasakan panasnya lapar dan dahaga.
- Dengan itu, jiwa akan menjadi bersih, syahwat akan lemah dan otak menjadi terang.
- Di situlah maksud dan tujuan diwajibkan berpuasa.
- Jauhkanlah daripada bermewah-mewah dan menurut nafsu perut,abdulbutun yakni hamba perut.
Peringatan di atas tadi adalah disebabkan kebanyakan orang beranggapan bahawa berbuka adalah sebagai pengganti makan pada waktu siang. Ada juga yang menurut perasaan kerana tidak sabar menahan lapar pada siang hari, sebaik sahaja beduk Maghrib dipukul, habis hidangan yang telah disediakan petang tadi. Semuanya dilahap, tiada sedikitpun makanan yang tinggal. Bahkan, kalau boleh hendak ditelan semua sekali gus keseluruhan makanan itu. Masya-Allah, sesungguhnya inilah orang-orang yang terpedaya. Ia tidak perasan bahawa ia telah dilalaikan oleh iblis laknatullah kerana iblis iri hati dengan pahala besar yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Orang seperti ini sudah tentu tidak akan memperoleh berkat, rahsia atau hikmah daripada puasanya itu. Puasanya tak dapat memberi kesan dalam hatinya. Walaupun ia berpuasa, namun masih tetap seperti biasa (tiada kemajuan). Ia tidak dapat merasakan nikmatnya munajat kepada Allah S.W.T. Hatinya tidak terusik ketika mendengar kitab Allah di baca, begitu juga ia tidak khusuk tatkala mengingati-Nya (zikir).
Tidak menyibukkan diri dengan urusan semata-mata, tetapi memanfaatkan kesempatan yang berharga itu untuk beribadah dan taat kepada Allah S.W.T.
- Ia bekerja sekadar perlu sahaja; sekadar untuk mencukupi keperluan keluarga dan orang yang menjadi tanggungannya.
- Ini kerana bulan Ramadhan merupakan raja segala bulan san hanya setahun sekali sahaja kita menemukannya.
- Oleh itu, manfaatkanlah bulan yang istimewa ini untuk menabung amal kebaikan sebanyak-banyaknya sebagai bekalan pada Hari Kemudian.
Sunat-sunat Puasa
Segera berbuka puasa dan mengakhirkan solat Maghrib.
- Makanan yang terbaik untuk berbuka ialah kurma, tetapi jika tiada kurma cukuplah dengan air. Rasulullah s.a.w berbuka puasa sebelum mengerjakan Solat Maghrib.
- Sabda Baginda :
“Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka bersegera berbuka”.
Mengakhirkan sahur.
- Dengan mengakhirkan sahur akan membantu memberi kekuatan tubuh pada siang hari.
- Waktu yang terbaik ialah kira-kira 1/2 jam sebelum masuknya waktu fajar.
-  2 keuntungan mengakhirkan sahur ini iaitu mengerjakan sunnah mengakhirkan sahur dan dapat menemukan waktu solat subuh.
Sabda Rasulullah s.a.w :
“Bersahurlah kerana dalam sahur itu terdapat barakah”. (Riwayat Muttafiq alaihi daripada Anas)
Menurut Zaid bin Thabit r.a ;
“Kami akan sahur bersama-sama Rasulullah s.a.w, lalu kami berdiri mengerjakan solat. Ditanyakan, ‘Berapakah jarak antara kedua-duanya?’ Zaid berkata, ‘Lima puluh ayat’… ” (Muttafiq alaihi)
Memberi buka kepada orang yang berpuasa meskipun dengan hanya dua butir kurma atau seteguk air.
- Sabda Rasulullah :
“Barangsiapa memberi buka kepada orang yang berpuasa maka hendaklah ia mendapat pahala seperti pahalanya orang yang puasa itu, tanpa dikurangi sedikitpun daripada pahalanya”.