Sejak tahun 1945 hingga 2014 ini,
tercatat ada 14 orang yang terdiri dari Walikota dan Gubernur, mereka
pernah memimpin Jakarta dan memberikan kontribusi berarti demi
kelangsungan hidup kota ini, berikut ini ulasannya.
1. Suwiryo
Menjabat sebagai walikota Jakarta
pertama pada periode 1945-1947 dan 1950-1951. Suwiryo yang dahulu aktif
pada perhimpunan pemuda Jong Java dan PNI ini, adalah seseorang yang
bertanggungjawab atas terselenggaranya proklamasi di kediaman Bung Karno
ketika itu. Suwiryo bersama para pemuda juga ikut menggerakkan massa
rakyat menghadiri rapat raksasa di lapangan Ikada (Monas) untuk
mewujudkan tekad bangsa Indonesia siap mati untuk mempertahankan
kemerdekaan.
2. Daan Jahja
Daan Jahja menggantikan Suwiryo sebagai
walikota Jakarta periode 1948 - 1950. Saat masa jabatannya, Daan Jahja
berhasil menyelesaikan masalah administratif pemerintahan Jakarta yang
sebelumnya diatur oleh Belanda.
3. Syamsyurijal
Sebelum menjadi Wali Kota Jakarta Raya
periode 1951-1953, Sjamsuridjal menjabat Wali Kota Bandung dan Solo.
Kebijakan yang cukup terkenal pada masa kepemimpinannya adalah mengenai
masalah listrik. Ia juga berkontribusi untuk pada masalah air minum,
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebijakan atas tanah. Guna
mengatasi masalah listrik yang sering padam, Sjamsurijal membangun
pembangkit listrik di Ancol. Untuk meningkatkan penyediaan air minum,
dia membangun penyaringan air di Karet, penambahan pipa, peningkatan
suplai air dari Bogor. Ia juga turut mendukung pembangunan Universitas
Indonesia.
4. Sudiro
Sudiro memimpin Jakarta periode 1953 –
1960. Salah satu kebijakannya yang kini masih digunakan adalah pemecahan
wilayah terkecil. Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kampung (RK) yang
kemudian jadi rukun warga (RW). Sudiro memiliki keinginan untuk membuat
sebuah monument di Jakarta, lahirlah kemudian ide pembangunan Monumen
Nasional (Monas).
5. Soemarno Sosroatmodjo
Ia adalah salah satu mantan Gubernur
Jakarta yang pernah menjabat untuk 2 periode yaitu 1960 - 1964 dan
periode 1965 – 1966. Pada masa kepemimpinannya, selain dibangun Monas,
Patung Selamat Datang, dan Patung Pahlawan di Menteng, juga dibangun
rumah minimum.
6. Henk Ngatung
Henk Ngatung adalah seorang pelukis
Indonesia dan Gubernur Jakarta untuk periode 1964-1965. Ia ikut
medirikan "Gelanggang" bersama Chairul Anwar dan Asrul Sani. Henk juga
pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok
1955-1958.
7. Ali Sadikin
Ali Sadikin adalah seorang
letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh
Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Jakarta
menuai banyak perubahan ditangan Ali Sadikin, seperti proyek pembangunan
Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman
Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit
di Jakarta Utara, Dibangun juga pelestarian budaya Betawi di kawasan
Condet. Peringatan ulang tahun Jakarta setiap tanggal 22 Juni seperti
saat ini juga dicetuskan olehnya. Bersamaan dengan itu berbagai aspek
budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel,
lenong dan topeng Betawi.
8. Tjokropranolo
Pria yang akrab disapa Bang Nolly ini
menjabat sebagai Gubernur periode 1977 – 1982. Selama masa jabatannya,
ia sering mengunjungi berbagai pabrik untuk mengecek kesejahteraan buruh
dan mendapatkan gagasan langsung tentang upah mereka. Usaha kecil juga
menjadi perhatiannya. Dia mengalokasikan sekitar ratusan tempat untuk
puluhan ribu pedagang kecil agar dapat berdagang secara legal.
9. Soeprapto
Soeprapto adalah Gubernur Jakarta yang
menjabat pada periode 1982 – 1987. Pada masa kepemimpinannya, ia
mengajukan konsep yang pragmatis dan bersih tentang pembangunan Jakarta
sebagai ibu kota dan juga wacananya mengenai sebuah kota besar. Ia
menekankan konsepnya dalam wacana stabilitas, keamanan, dan ketertiban.
10. Wiyogo Atmodarminto
Letjen TNI (Purn) Wiyogo Atmodarminto
atau yang lebih dikenal dengan panggilan Bang Wi adalah Gubernur Jakarta
periode 1987 - 1992. Di awal kepemimpinannya, dia memutuskan untuk
menerapkan konsep BMW: Bersih, Manusiawi, berWibawa di Jakarta.
11. Soejardi Soedirdja
Letnan Jenderal (Purn) Soerjadi
Soedirdja (lahir di Jakarta, 11 Oktober 1938 adalah salah satu tokoh
militer dan politik Indonesia. Soerjadi Soedirdja jugamenjabat Gubernur
DKI Jakarta periode 1992-1997. Di masa kepemimpinannya, ia membuat
proyek pembangunan rumah susun, menciptakan kawasan hijau, dan juga
memperbanyak daerah resapan air. Ia juga memprakarsai pembersihan
jalan-jalan Jakarta dari becak.
12. Sutiyoso
Menjabat pada periode 1997 – 2007, meluncurkan sistem angkutan massal dengan nama bus TransJakarta atau lebih populer disebut Busway
sebagai bagian dari sebuah sistem transportasi baru kota. Kini, busway
sudah dioperasikan ke dalam 12 koridor dari rencana 15 koridor. Sutiyoso
juga mengeluarkan larangan merokok dilakukan di tempat-tempat umum,
seperti halte, terminal, mall, perkantoran dan lain sebagainya.
13. Fauzi Bowo
Fauzi Bowo memimpin Jakarta pada masa
periode 2007 hingga sekarang. Pada masa jabatannya, Fauzi Bowo
mengoptimalisasikan peran perempuan melalui program PKK dan Dasawisma
agar peran warga semakin terlibat dalam pembangunan kota Jakarta. Fauzi
juga sangat konsen dan memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan
seni budaya tradisional khususnya seni budaya betawi. Termasuk
pengembangan kawasan situ Babakan di Jagakarsa. (Laras)
14. Joko Widodo
Peningkatan upah minimum provinsi
Pada 24 Oktober 2012, terjadi unjuk rasa di Balaikota yang dilakukan sekumpulan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. Awalnya buruh menuntut kenaikan UMP menjadi Rp 2,79 juta, yang ditanggapi ajakan dialog oleh Basuki Tjahaja Purnama dengan perwakilan buruh. Akhirnya disepakati penggunaan angka survei Kecukupan Hidup Layak bulan terakhir, dari sebelumnya yang dirata-rata dari data Februari 2012 hingga Oktober 2012, serta berbagai poin lainnya sehingga menjadi 13 kesepakatan.Jokowi kemudian menyerahkan penghitungan UMP yang layak kepada Dewan Pengupahan yang awalnya memunculkan rekomendasi angka Rp1,9 juta. Namun sidang ini diganggu oleh tindakan buruh yang memanggil kembali perwakilannya, sehingga angka ini baru mewakili kepentingan pengusaha. Akhirnya disepakati oleh berbagai pihak bahwa Upah Minimum Provinsi sebesar Rp 2,2 juta yang kemudian ditetapkan oleh Dewan Pengupahan.
Jokowi melakukan berbagai konsultasi, termasuk dengan Menakertrans Muhaimin Iskandar, Gubernur Banten, dan Gubernur Jawa Barat untuk menentukan UMP yang tepat bagi buruh di DKI Jakarta agar tidak mengalami ketimpangan dengan daerah penyangga, namun masih layak untuk dinikmati pekerja.
Protes kembali terjadi pada akhir tahun 2013 karena buruh mendesak kenaikan kembali UMP menjadi Rp 3,7 juta, sementara pengusaha menolak angka tersebut dan menginginkan angka Rp 2,29 juta. Akhirnya diputuskan angka tengah sebesar Rp 2,44 juta. Buruh menolak karena Rp 3,7 juta angka mati dan sempat mencap Jokowi dan Ahok sebagai Bapak Upah Murah dan mengancam akan menduduki Balai Kota selama berhari-hari, namun akhirnya demonstrasi bubar dengan sendirinya dan UMP Rp 2,44 juta berlaku di DKI Jakarta sejak 1 November 2013
Pembenahan transportasi umum
Pada tanggal 10 Oktober 2013, Jokowi meresmikan pembangunan Angkutan Massal Cepat (MRT) yang sebelumnya sempat tertunda selama bertahun-tahun. Kemudian, pada tanggal 16 Oktober 2013, Jokowi juga meresmikan pembangunan jalur hijau Monorel Jakarta sepanjang sebelas kilometer. Selain itu, pada November 2013, Pemerintah Daerah DKI Jakarta berencana akan mengadakan seribu bus untuk jalur Transjakarta. Namun, beberapa dari 656 bus yang dibeli dari Cina didapati sudah berkarat, sehingga dicurigai ada kecurangan yang dilakukan oleh pejabat Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta. Sebagai tanggapan terhadap masalah ini, Jokowi membebastugaskan Kepala Dishub DKI Jakarta Udar Pristiono dan melantik Muhammad Akbar sebagai penggantinya. Selanjutnya pemesanan armada Transjakarta akan banyak melalui sistem E-Katalog, bukan lagi lelang.Peluncuran bus tingkat wisata
Pada tanggal 24 Februari 2014, Jokowi meluncurkan bus tingkat wisata. Bus tingkat dengan kapasitas 60 penumpang ini dapat dinikmati secara gratis dan dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik Jakarta kepada wisatawan. Bus ini beroperasi setiap hari dari pukul 09.00 hingga pukul 19.00 dengan rute dari Pasar Baru hingga Bundaran Hotel Indonesia.Enam ruas jalan tol dalam kota
Proyek enam ruas jalan tol diwariskan sejak zaman Sutiyoso dan Fauzi Bowo, namun baru mencapai peresmian kesepakatan antara pihak swasta dengan Kementrian Pekerjaan Umum sesaat sebelum Fauzi Bowo mengakhiri masa jabatannya, serta sudah ditentukan pemenang tendernya. Sehingga walaupun ditentang banyak warga, dan Jokowi pernah menentang proyek ini, namun ia tidak memiliki kewenangan untuk membatalkannya.Jokowi sempat memperlambat eksekusi proyek ini dengan meminta masukan warga, pengamat, pakar, Kementrian PU, investor, konsorsium pada 15 Januari 2013, namun kemudian Basuki Tjahaja Purnama mengumumkan bahwa tidak ada ada lagi istilah 6 ruas tol. Yang ada adalah integrasi seluruh tol lingkar dalam Jakarta dan dilengkapi dengan jalur bus layang. Pihak swasta menyetujui permintaan mengadakan fasilitas transportasi umum di sepanjang tol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar