Cerita Bersejarah tentang Nabi Ibrahim dan Ismail
Dikisahkan nabi Ibrahim beserta istrinya sarah dan khadamnya
Hajar menetap di tanah Palestina. Mereka hidup rukun beserta
pengikutnya yang setia. Namun demikian ada satuhal yang mengganjal hati
Nabi Ibrahim beserta istrinya Sarah, mereka sudah berusia lanjut namun belum juga dikaruniai seorang putra yang diharapkan dapat melanjutkan keturunanya. Sarah mengusulkan kepada Nabi Ibrahim agar ia mengambil Hajar khadamnya
menjadi Istri, mudah mudahan mereka bisa mendapat keturunan dari
Hajar.Nabi Ibrahim menerima usulan tersebut, iapun menikahi Hajar.
Dari
perkawinannya dengan Hajar lahirlah seorang putra yang diberi nama
Ismail. Mereka sekeluarga diliputi kegembiraan demikian pulahalnya
dengan Sarah istri pertama nabi Ibrahim. Namun kegembiraan Sarah itu
hanya sementara waktu, sebab tak lama kemudian hatinya mulai diserang
suatu perasaan yang sulit dibayangkan. Ia merasa cemburu, terhadap
Hajar. Hatinya tak kunjung tenang, selalu gelisah, makan dan minum jadi
tidak karuan rasanya. Ia tidak tahan melihat kebahagiaan Hajar beserta
anaknya.Hal
ini disampaikan terus terang oleh Sarah kepada nabi Ibrahim.Ia
mengusulkan agar nabi Ibrahim, Hajar beserta anaknya meninggalkannya
sendiri, pergi ketempat yang sejauh jauhnya, agar tidak terlihat dan
terdengar olehnya sedikitpun. Dengan wahyu dari Ilahi nabi Ibrahim
menerima usulan Sarah itu. Nabi Ibrahim membawa Hajar beserta putranya
mengembara, mengikuti kemana kaki melangkah, tujuannya hanya pergi
sejauh jauhnya dari tempat Hajar bermukim. Setelah sekian lama berjalan
sampailah nabi Ibrahim di suatu lembah padang pasir yang sunyi. Ia menerima wahyu agar meninggalkan istrinya Hajar beserta putranya dilembah itu.
Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar ditempat itu, padang
pasir yang gersang, sunyi tidak ada tumbuh2an maupun manusia
seorangpun. Nabi Ibrahim menyampaikan pada Hajar agar ia beserta
putranya menetap ditempat itu, sedang ia sendiri akan melanjutkan
perjalanan kembali ke Palestina. Hajar terkejut, ia merasa bahwa tempat
itu adalah tempat yang sangat tidak layak baginya, apalagi beserta
seorang bayi yang masih menyusu. Ia bertanya : “Ya
Ibrahim, mengapa engkau meninggalkan kami dilembah yang sunyi ini,
lembah yang tidak ditumbuhi tanam tanaman dan tidak pula berpenghuni”.Ibrahim menjawab :” Demikianlah Allah telah memerintahkan padaku”. Hajar menjawab:
“Ya Ibrahim, kalau itu adalah perintah Tuhanmu, maka tidak ada jalan
lain selain mematuhinya. Allah tidak akan menyia nyiakan kami Dialah
sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong”.
Dengan hati yang berat Ibrahimpun melanjutkan perjalanannya meninggalkan anak dan istrinya dilembah yang tandus, sunyi tidak ada tumbuh tumbuhan dan manusia seorangpun, ia berdoa
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur.(Ibrahim 37)
Tempat dimana Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh nabi Ibrahim yang dikatakan padang pasir tandus tidak ada tanam tanaman dan tidak pula berpenghuni itu , adalah kota Mekah yang sekarang . Itulah asal mula berdirinya kota mekah yg sekarang ini Hajar
dengan bulat bulat menyerahkan dirinya pada Allah. Ia yakin bahwa Allah
akan menjamin segala kebutuhannya dilembah yang sunyi itu. Dari hari
kehari bekal yang dibawanya mulai menipis, persediaan air dan makanan
sudah habis. Hajar terus menunggu ditengah teriknya matahari, dengan
perut kosong dan haus yang mendera ia terus berdo’a mengharap datangnya
pertolongan Allah baginya.Badan yang semula kuat berangsur mulai lemah, sementara anaknya Ismail yang kehausan menangis dengan suara yang semakin lemah.
Dari
jauh ia melihat seolah-olah ada air yang tergenang dibukit Marwah, ia
berlari meninggalkan putranya Ismail di bukit Safa. Sesampainya di
Marwah ternyata air yang dilihatnya itu tidak ada, ia teringat anaknya
dan bergegas kembali ke Safa, didapati anaknya tergeletak lemah,
menangis kehausan. Kembali ia lihat diarah bukit Marwah ada air yang
tergenang, ia kembali berlari kesana, namun sesampainya di Marwah
ternyata air itu tidak ada. Ia bergegas kembali ke Safa menemui putranya
Ismail yang tergeletak lemah. Demikian
terus ia lakukan sampai tujuh kali, berlari antara Bukit Safa dan
Marwah. Kejadian itu terus dikenang oleh semua orang yang melakukan
ibadah haji dengan berjalan dan berlari kecil diantara Safa dan Marwah
sebanyak tujuh kali.
Dalam
keadaan letih dan hampir putus asa, tiba tiba Hajar melihat pasir
dikaki putranya basah dan berair. Ia segera menggali pasir dikaki
putranya itu, ternyata semakin banyak air yang keluar. Ia terus
menggali, tiba tiba memancarlah air yang jernih dan sejuk, ia terkejut
dan berseru : ” Zamzam, zamzam…zamzam…zamzam! yang berarti tenang…
tenang.. tenanglah…” Ia
segera mereguk air tersebut, menghilangkan rasa haus yang mendera. Di
raupnya air tersebut dan diminumkan pada putranya Ismail. Air yang sejuk
berlimpah ruah keluar dari pasir yang digalinya itu, menjelma menjadi
telaga dengan air yang sejuk dan jernih. Telaga itu kita kenal sampai
sekarang sebagai telaga zamzam, yang berada didalam masjidil Haram
Makah. Sebagai sumber air yang tidak pernah kering sampai sekarang memenuhi kebutuhan jemaah haji yang jumlahnya sampai jutaan orang.Telaga yang muncul ditengah padang pasir yang tandus itu menarik perhatian burung yang terbang diangkasa.
Burung burunpun ramai datang untuk minum ketempat itu. Musyafir yang sedang
berjalan dipadang pasir melihat burung yang terbang berkelompok
diangkasa. Mereka yakin ditempat burung itu tentu ada air. Akhirnya
rombongan musyafirpun singgah ditempat Hajar dan putranya Ismail
tersebut. Lambat laun tempat itu menjadi ramai oleh musyafir yang
singgah, diantaranya ada yang bermalam dan menetap
ditempat tersebut. Tempat itu semakin ramai, akhirnya Hajar yang
dituakan oleh para musyafir itu kehidupannya semakin baik. Kini ia telah
memiliki harta dan binatang ternak yang cukup untuk kehidupannya sehari
hari. Tempat itu kini kita kenal dengan nama kota Mekah, tempat
berkumpul jutaan manusia setiap tahun untuk melaksanakan ibadah haji
Nabi Ibrohim Berqurban Ismail
Sewaktu
Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi
bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi
adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah
yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.
Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia
hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak
puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang
telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh
si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan
penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban
dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia
Nabi Ibrohom dan Ismail Mendirikan Ka’bah
Setelah kejadian peristiwa penyembelihan yang agung itu nabi
Ibrahim kembali ke Palestina tempat istrinya Sarah dan putranya Ishak
bermukim. Beberapa tahun telah berlalu, pada suatu hari nabi Ibrahim
menerima perintah untuk berangkat menemui Ismail di Mekah guna
mendirikan rumah Allah disisi telaga zamzam. Ibrahimpun berangkat menuju
Mekah. Ia bertemu dengan putranya disisi telaga zamzam. Setelah
bercakap-cakap saling melepaskan rindu, Ibrahim membisikan kepada ismail
tentang perintah yang diterimanya dari Allah:” Hai anakku, kepadaku
telah diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan sebuah rumah ibadah
ditempat yang agak tinggi itu”. Mendengar perintah itu, nabi ismail
segera menundukkan wajahnya tanda tunduk dan taat kepada Allah dan orang
tuanya sendiri.
Segera
mereka berdua menuju tempat yang ditunjuk nabi Ibrahim. Mulailah
keduanya dengan kedua kaki dan tangannya meratakan dan meninggikan
tanah, mengumpulkan batu dan pasir membangun rumah Allah (Baitullah atau
Ka’bah). Sambil bekerja mendirikan bangunan rumah Allah tersebut,
dengan bersimbah peluh mereka berdua berdo’a sebagaimana disebutkan
dalam surat al Baqarah ayat 127-129:
127-
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”.128- Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang
yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu
kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami
cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.129-
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta
menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.(Al Baqarah 127-129)
Do’a
itu diucapkan sambil berdiri disuatu tempat dekat rumah yang sedang
dibangun itu, tempat itulah yang sekarang kita kenal dengan sebutan
Maqam Ibrahim. Setiap orang yang melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah
dianjurkan untuk
melakukan sholat sunah dua rakaat dan berdo’a di Maqam Ibrahim itu,
sehingga tempat tersebut menjadi rebutan dan tidak pernah sepi dari
orang yang shalat sejak dahulu sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat
nanti.
Ibrahim
dan Ismail terus bekerja membangun rumah tersebut. Setelah rumah itu
hampir selesai ternyata masih dibutuhkan sebuah batu lagi. Akhirnya
Ibrahim menemukan sebuah batu yang luar biasa, berwarna hitam mengkilap.
Karena gembiranya Ibrahim dan Ismail menciumi batu tersebut sambil
berjalan mengelilingi bangunan rumah ibadah tersebut, lalu memasang batu
tersebut pada tempat seperti yang sekarang, batu tersebut disebut Hajar
Aswad ( Batu Hitam).
Setelah
rumah itu selesai Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail cara cara
beribadat kepadanya. Ibadah yang diajarkan kepada Ibrahim dan Ismail
itulah yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sesudahnya , juga yang
diajarkan nabi Muhammad saw, yaitu ibadah sholat, puasa, zakat, dan haji, sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 125-126:
125-
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat
berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan
Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang
iktikaf, yang rukuk dan yang sujud”.
126-
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan
kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari
kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri
kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Al Baqarah 125-126)
Selanjutnya
Allah memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk menyeru manusia
mengerjakan ibadah haji ke Baitullah yang telah dibangun Ibrahim beserta
Ismail itu sebagaimana disebutkan dalam surat al haj ayat 25-26:
26-
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat
Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu
pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf,
dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.
27-
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
28-
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki
yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. ( Al Hajj
26-28)
Apa yang dialami nabi Ibrohim dan Ismail mulai
dari peristiwa Ibrahim meninggalkan putranya di Mekah . Hajar yang
berlari kecil antara Safa dan Marwah untuk mendapatkan air bagi putranya
Ismail. Peristiwa pertemuan Ibrahim dan Ismail di padang Arafah,
bermalam di Muzdalifah, melempar syetan yang mencegah pengorbanan
Ibrahim dan Ismail, peristiwa penyembelihan yang agung , membangun
Ka’bah dan tawaf mengelilingi Ka’bah semua itu diabadikan dalam
pelaksanaan Ibadah Haji sampai sekarang dan akan terus dilakukan oleh
kaum Muslimin sampai hari Kiamat nanti.
Allah
telah mengabulkan do’a nabi Ibrahim tatkala ia meninggalkan istrinya
Hajar dan putranya Ismail di lembah tandus, yang tiada tanaman dan
berpenghuni. Kini lembah gersang dan sunyi itu telah menjadi kota Makah
yang tidak pernah sepi dari kunjungan manusia. Kabah yang dibangun nabi
Ibrahim dan nabi Ismail setiap saat dikunjungi orang dari segala
penjuru dunia. Selalu
ada orang yang tawaf dan sholat ditempat itu setiap saat. Setiap tahun
tempat itu dikunjungi jutaan umat manusia untuk melakukan ibadah haji
sebagaimana yang telah diajarkan Allah kepada nabi Ibrahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar