Translate Language

Amanat Bloger

-> Selamat Datang Kami Ucapkan Bagi Para Pengunjung yg Telah Masuk Keblog Ini
-> Marilah Kita Tingkatkan Silaturahim Diantara Kita & Saling Berbagi Ilmu Untuk Kebaikan
-> Terima Kasih Atas Kunjunganya Semoga Bisa Mengambil Manfaatnya Bagi Kita Semua

Kisah Nabi Ibrohim dan Ismail AS

Cerita Bersejarah tentang Nabi Ibrahim dan Ismail

Dikisahkan nabi Ibrahim beserta istrinya sarah dan khadamnya Hajar menetap di tanah Palestina. Mereka hidup rukun beserta pengikutnya yang setia. Namun demikian ada satuhal yang mengganjal hati Nabi Ibrahim beserta istrinya Sarah, mereka  sudah berusia lanjut  namun belum juga dikaruniai seorang putra yang diharapkan dapat  melanjutkan keturunanya. Sarah mengusulkan kepada Nabi Ibrahim agar ia mengambil Hajar khadamnya menjadi Istri, mudah mudahan mereka bisa mendapat keturunan dari Hajar.Nabi Ibrahim menerima usulan tersebut, iapun menikahi Hajar.
Dari perkawinannya dengan Hajar lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail. Mereka sekeluarga diliputi kegembiraan demikian pulahalnya dengan Sarah istri pertama nabi Ibrahim. Namun kegembiraan Sarah itu hanya sementara waktu, sebab tak lama kemudian hatinya mulai diserang suatu perasaan yang sulit dibayangkan. Ia merasa cemburu, terhadap Hajar. Hatinya tak kunjung tenang, selalu gelisah, makan dan minum jadi tidak karuan rasanya. Ia tidak tahan melihat kebahagiaan Hajar beserta anaknya.Hal ini disampaikan terus terang oleh Sarah kepada nabi Ibrahim.Ia mengusulkan agar nabi Ibrahim, Hajar beserta anaknya meninggalkannya sendiri, pergi ketempat yang sejauh jauhnya, agar tidak terlihat dan terdengar olehnya sedikitpun. Dengan wahyu dari Ilahi nabi Ibrahim menerima usulan Sarah itu. Nabi Ibrahim membawa Hajar beserta putranya mengembara, mengikuti kemana kaki melangkah, tujuannya hanya pergi sejauh jauhnya dari tempat Hajar bermukim. Setelah sekian lama berjalan sampailah nabi Ibrahim di suatu lembah padang pasir yang sunyi. Ia menerima wahyu agar meninggalkan istrinya Hajar beserta putranya dilembah itu.
Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar ditempat itu, padang  pasir yang gersang, sunyi tidak ada tumbuh2an maupun manusia seorangpun. Nabi Ibrahim menyampaikan pada Hajar agar ia beserta putranya menetap ditempat itu, sedang ia sendiri akan melanjutkan perjalanan kembali ke Palestina. Hajar terkejut, ia merasa bahwa tempat itu adalah tempat yang sangat tidak layak baginya, apalagi beserta seorang bayi yang masih menyusu. Ia bertanya : “Ya Ibrahim, mengapa engkau meninggalkan kami dilembah yang sunyi ini, lembah yang tidak ditumbuhi tanam tanaman dan tidak pula berpenghuni”.Ibrahim menjawab :” Demikianlah Allah telah memerintahkan padaku”. Hajar menjawab: “Ya Ibrahim, kalau itu adalah perintah Tuhanmu, maka tidak ada jalan lain selain mematuhinya. Allah tidak akan menyia nyiakan kami Dialah sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong”.
Dengan hati yang berat Ibrahimpun melanjutkan perjalanannya meninggalkan  anak dan istrinya dilembah yang tandus, sunyi tidak ada tumbuh tumbuhan dan manusia seorangpun, ia  berdoa

 Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(Ibrahim 37)

Tempat dimana Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh nabi Ibrahim yang dikatakan padang pasir tandus tidak ada tanam tanaman dan tidak pula berpenghuni itu , adalah kota Mekah yang sekarang . Itulah asal mula berdirinya kota mekah yg sekarang ini Hajar dengan bulat bulat menyerahkan dirinya pada Allah. Ia yakin bahwa Allah akan menjamin segala kebutuhannya dilembah yang sunyi itu. Dari hari kehari bekal yang dibawanya mulai menipis, persediaan air dan makanan sudah habis. Hajar terus menunggu ditengah teriknya matahari, dengan perut kosong dan haus yang mendera ia terus berdo’a mengharap datangnya pertolongan Allah baginya.Badan yang semula kuat berangsur mulai lemah, sementara anaknya Ismail yang kehausan menangis dengan suara yang semakin lemah.
Dari jauh ia melihat seolah-olah ada air yang tergenang dibukit Marwah, ia berlari meninggalkan putranya Ismail di bukit Safa. Sesampainya di Marwah ternyata air yang dilihatnya itu tidak ada, ia teringat anaknya dan bergegas kembali ke Safa, didapati anaknya tergeletak lemah, menangis kehausan. Kembali ia lihat diarah bukit Marwah ada air yang tergenang, ia kembali berlari kesana, namun sesampainya di Marwah ternyata air itu tidak ada. Ia bergegas kembali ke Safa menemui putranya Ismail yang tergeletak lemah. Demikian terus ia lakukan sampai tujuh kali, berlari antara Bukit Safa dan Marwah. Kejadian itu terus dikenang oleh semua orang yang melakukan ibadah haji dengan berjalan dan berlari kecil diantara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Dalam keadaan letih dan hampir putus asa, tiba tiba Hajar melihat pasir dikaki putranya basah dan berair. Ia segera menggali pasir dikaki putranya itu, ternyata semakin banyak air yang keluar. Ia terus menggali, tiba tiba memancarlah air yang jernih dan sejuk, ia terkejut dan berseru : ” Zamzam, zamzam…zamzam…zamzam! yang berarti tenang… tenang.. tenanglah…” Ia segera mereguk air tersebut, menghilangkan rasa haus yang mendera. Di raupnya air tersebut dan diminumkan pada putranya Ismail. Air yang sejuk berlimpah ruah keluar dari pasir yang digalinya itu, menjelma menjadi telaga dengan air yang sejuk dan jernih. Telaga itu kita kenal sampai sekarang sebagai telaga zamzam, yang berada didalam masjidil Haram Makah. Sebagai  sumber air yang tidak pernah kering sampai sekarang memenuhi kebutuhan jemaah haji yang jumlahnya sampai  jutaan orang.Telaga yang muncul ditengah padang pasir yang tandus itu menarik perhatian burung yang terbang diangkasa.
Burung burunpun ramai datang untuk minum ketempat itu. Musyafir yang sedang berjalan dipadang pasir melihat burung yang terbang berkelompok diangkasa. Mereka yakin ditempat burung itu tentu ada air. Akhirnya rombongan musyafirpun singgah ditempat Hajar dan putranya Ismail tersebut. Lambat laun tempat itu menjadi ramai oleh musyafir yang singgah, diantaranya ada yang bermalam dan  menetap ditempat tersebut. Tempat itu semakin ramai, akhirnya Hajar yang dituakan oleh para musyafir itu kehidupannya semakin baik. Kini ia telah memiliki harta dan binatang ternak yang cukup untuk kehidupannya sehari hari. Tempat itu kini kita kenal dengan nama kota Mekah, tempat berkumpul jutaan manusia setiap tahun untuk melaksanakan ibadah haji

Nabi Ibrohim Berqurban Ismail
 
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.

Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia
 
Nabi Ibrohom dan Ismail Mendirikan Ka’bah
 kisah-haji7.jpg
Setelah kejadian peristiwa penyembelihan yang agung itu  nabi Ibrahim kembali ke Palestina tempat istrinya Sarah dan putranya Ishak bermukim. Beberapa tahun telah berlalu, pada suatu hari nabi Ibrahim menerima perintah untuk berangkat menemui Ismail di Mekah guna mendirikan rumah Allah disisi telaga zamzam. Ibrahimpun berangkat menuju Mekah. Ia bertemu dengan putranya disisi telaga zamzam. Setelah bercakap-cakap saling melepaskan rindu, Ibrahim membisikan kepada ismail tentang perintah yang diterimanya dari Allah:” Hai anakku, kepadaku telah diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan sebuah rumah ibadah ditempat yang agak tinggi itu”. Mendengar perintah itu, nabi ismail segera menundukkan wajahnya tanda tunduk dan taat kepada Allah dan orang tuanya sendiri. 
Segera mereka berdua menuju tempat yang ditunjuk nabi Ibrahim. Mulailah keduanya dengan kedua kaki dan tangannya meratakan dan meninggikan tanah, mengumpulkan batu dan pasir membangun rumah Allah (Baitullah atau Ka’bah). Sambil bekerja mendirikan bangunan rumah Allah tersebut, dengan bersimbah peluh mereka berdua berdo’a sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 127-129:
albaqarah127.jpg 
127- Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.128- Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.129- Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Al Baqarah 127-129)

Do’a itu diucapkan sambil berdiri disuatu tempat dekat rumah yang sedang dibangun itu, tempat itulah yang sekarang kita kenal dengan sebutan Maqam Ibrahim. Setiap orang yang melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah dianjurkan  untuk melakukan sholat sunah dua rakaat dan berdo’a di Maqam Ibrahim itu, sehingga tempat tersebut menjadi rebutan dan tidak pernah sepi dari orang yang shalat sejak dahulu sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat nanti.

Ibrahim dan Ismail terus bekerja membangun rumah tersebut. Setelah rumah itu hampir selesai ternyata masih dibutuhkan sebuah batu lagi. Akhirnya Ibrahim menemukan sebuah batu yang luar biasa, berwarna hitam mengkilap. Karena gembiranya Ibrahim dan Ismail menciumi batu tersebut sambil berjalan mengelilingi bangunan rumah ibadah tersebut, lalu memasang batu tersebut pada tempat seperti yang sekarang, batu tersebut disebut Hajar Aswad ( Batu Hitam).

Setelah rumah itu selesai Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail cara cara beribadat kepadanya. Ibadah yang diajarkan kepada Ibrahim dan Ismail itulah yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sesudahnya , juga yang diajarkan nabi Muhammad saw, yaitu  ibadah sholat, puasa, zakat, dan haji, sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 125-126:

125- Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian  maqam Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud”.
126- Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Al Baqarah 125-126)
 Selanjutnya Allah memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk menyeru manusia mengerjakan ibadah haji ke Baitullah yang telah dibangun Ibrahim beserta Ismail itu sebagaimana disebutkan dalam surat al haj ayat 25-26:

26- Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.
27- Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai  unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, 
28- supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa  binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. ( Al Hajj 26-28) 
Apa yang dialami nabi Ibrohim dan Ismail  mulai dari peristiwa Ibrahim meninggalkan putranya di Mekah . Hajar yang berlari kecil antara Safa dan Marwah untuk mendapatkan air bagi putranya Ismail. Peristiwa pertemuan Ibrahim dan Ismail di padang Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempar syetan yang mencegah pengorbanan Ibrahim dan Ismail, peristiwa penyembelihan yang agung , membangun Ka’bah dan tawaf mengelilingi Ka’bah semua itu diabadikan dalam pelaksanaan Ibadah Haji sampai sekarang dan akan terus dilakukan oleh kaum Muslimin sampai hari Kiamat nanti.
Allah telah mengabulkan do’a nabi Ibrahim tatkala ia meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail di lembah tandus, yang tiada tanaman dan berpenghuni. Kini lembah gersang dan sunyi itu telah menjadi kota Makah yang tidak pernah sepi dari kunjungan manusia. Kabah yang dibangun nabi Ibrahim dan nabi Ismail setiap saat dikunjungi orang dari segala penjuru dunia. Selalu ada orang yang tawaf dan sholat ditempat itu setiap saat. Setiap tahun tempat itu dikunjungi jutaan umat manusia untuk melakukan ibadah haji sebagaimana yang telah diajarkan Allah kepada nabi Ibrahim.

Tidak ada komentar: