10 Cara
Mensucikan Hati
Hati itu bagaikan kacamata. Kalau kita menggunakan
kacamata yang bening, apa yang kita lihat akan tampak apa adanya. Yang putih
akan jelas putihnya, yang coklat muda akan jelas warna aslinya. Namun kalau
kita menggunakan kacamata hitam, apa yang kita lihat tidak akan sesuai aslinya.
Yang putih akan kelihatan abu muda dan warna coklat muda akan menjadi coklat
tua. Demikian juga hati, kalau hati jernih, kita akan melihat realita itu apa
adanya, sementara kalau hati kita kotor atau hitam kita akan melihat realita
itu tidak seperti sebenarnya.
Oleh karena itu, mulia tidaknya seseorang tidak
dilihat dari tampilan lahiriahnya tapi dari performa batiniah atau
hatinya.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa
dan harta-harta kamu tapi melihat hati dan perbuatanmu.” (HR. Muslim)
1.Introspeksi Diri
Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya
mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita. Semua orang akan tahu apa
sebenarnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu.
(QS 59:18)
2.Perbaiki Diri
Perbaiki diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupaka tindak lanjut
dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri, kita kan menemukan
kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah kekurangan-kekurangan tersebut harus
kita perbaiki secara bertahap. Alangkah rugi kalau kita hanya pandai
mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya. (QS 66:8)
3.Tadabbur Al Qur’an
Tadabbur Al Qur’an artinya menelaah isi al Qur’an, lalu menghayati dan mengamalkannya.
Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk. Nah, di antara pupuk
hati adalah tadabbur Qur’an. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau
mentadabburi Qur’an sebagai orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati
kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabbur Qur’an. (QS
47:24)
4.Menjaga Kelangsungan Amal Saleh
Amal shaleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridhoi
Allah SWT. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah
keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita
suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau biasa pergi ke majelis
ta’lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk.
Rasulullah SAW bersabda, “Beramallah semaksimal yang
kamu mampu, karena Alloh tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya
amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus)
walaupun sedikit.” (HR. Bukhari)
5.Mengisi Waktu dengan Dzikir
Dzikir adalah ingat atau mengingat. Dzikrulloh
artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam
dzikir. Pertama, Dzikir Lisan artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan
ucapan-ucapan dzikir seperti Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa
Ilaaha ilallah, dll. Kedua Dzikir Amali artinya dzikir (ingat) kepada Allah
dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah SWT dalam kehidupan. Misalnya jujur
dalam bisnis, tekun saat bekerja, dll. Hati akan bening kalau hidup selalu
diisi dengan dzikir lisan dan dzikir amali. (QS
33:41-42, QS 2:152)
6.Bergaul dengan Orang-orang Shaleh
Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu, kebeningan hati
erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Kalau
kita bersahabat dengan orang yang jujur, amanah, taat pada perintah Allah,
tekun bekerja, semangat dalam belajar, dll, diharapkan kita akan terkondisikan
dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang
pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah SWT, dikhawatirkan
kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut. Karena Allah SWT mengingatkan
agar kita bergaul dengan orang-orang shaleh seperti dikemukakan dalam QS 18:28.
7.Berbagi dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan
yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih kebeningan hati, sebab
dengan bergaul bersama mereka kita akan merasakan penderitaan orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Abu Hurairah r.a. bercerita
bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang kegersangan hati yang
dialaminya. Beliau SAW menegaskan, “Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan)
hatimu, beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim.” (HR.
Ahmad)
8.Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk mengurangi
kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu saat
bahan bakar kehidupan kita akan menipis dan akhirnya habis. Kesadaran ini akan
menjadi pemacu untuk selalu membersihkan hati dari awan kemaksiatan yang
menghalangi cahaya hati. Rasulullah Saw menganjurkan agar sering berziarah
supaya hati kita lembut dan bening.
“Anas r.a mengatakan Rasulullah SAW
bersabda: “Dulu, aku pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang
berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan
mengingatkan akan hari akhirat.” (HR. Hakim)
9.Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara pupuk hati
adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian
hati. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Allah SWT akan menurunkan rahmat,
ketenangan dan barokah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan
ikhlas.
“Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah,
kecuali malaikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan
ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat)
yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
10.Berdo’a kepada Allah SWT
Allah SWT berkuasa untuk membolak-balikan hati seseorang. Karena itu sangat
logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati
yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening. Menurut Ummu Salamah r.a.
do’a yang sering dibaca Rasulullah saat meminta kebeningan hati adalah: Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika. Perhatikan
riwayat berikut:
“Syahr bin Hausyab r.a. mengatakn bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah,
“Wahai ibu orang-orang yang beriman, do’a apa yang selalu diucapkan Rasulullah
SAW saat berada disampingmu?” Ia menjawab: “Do’a yang banyak diucapakannya
ialah
“Ya Muqallibal quulub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika
(Wahai yang membolak balik qalbu, tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu).”
Ummu Salamah melanjutkan, “aku pernah bertanya juga, “Wahai Rasulullah,alangkah
seringnya engkau membaca do’a ini, Beliau menjawab: “Wahai Ummu Salamah, tidak
ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha
Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia
kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan.”(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku
cahaya, di lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya.
Jadikanlah dibelakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan
dari bawahku cahaya. Ya Alloh berikan kepadaku cahaya.” (HR. Muslim)