Sejarah Turunnya Al-Qur’an
– Setiap tahun pada tanggal 17 Ramadhan orang islam di dunia selalu
memperingati nuzulul qur’an. Dimana pada bulan ramadhan merupakan bulan
diturunkannya al-qur’an atau nuzulul qur’an. Perlu kiranya kita
mempelajari sejarah, sebagai upaya untuk menambah keteguhan iman kita
kepada Allah SWT dan kitab Allah berupa al-Qur’an. Seperti yang pernah
awalmula.com baca; “Apabila kita tidak mengetahui sejarah, maka
kecenderungan akan mengulangi sejarah seperti masa lalu ketika terjadi
pemalsuan al-Qur’an pada masa-masa awal mula islam”. Maka dari itu pada kesempatan yang baik ini, awalmula.com berbagi sejarah awal mula nuzulul qur’an,
bagaimana al-Qur’an diturunkan, bagaimana pula para ulama menjaga
al-Qur’an dari masa ke masa, serta pelajaran apa yang dapat kita ambil
dari sejarah turunya al-Qur’an tersebut.
Istilah turunnya al-Qur’an berasal dari
kata “nazala, yanzilu nazlan” yang artinya turun. Sedangkan nuzul
al-Qur’an adalah turunnya al-Quran kepada nabi Muhammad SAW.
Turunnya al-Quran dari atas ke bawah
menunjukkan ketinggian kedudukan al-Quran. Al-Qur’an menurut ahli tafsir
ialah kalam allah yang diurunkan kepada nabi Muhammad secara mutawatir.
Sedangkan menurut ahli fiqh ialah kalam Allah yang diturunkan kepada
nabi Muhammad, menjadi mukjizat Nabi, lafadznya secara mutawatir yang
ditulis dalam mushaf al-Quran diawali surat al-fatihah dan diakhiri
dengan surat an-naas.
Turunnya al-Qur’an membawa perubahan bagi
manusia di muka bumi. Turunnya al-Qur’an sebagai putunjuk bagi manusia
memperoleh jalan yang benar menuju cahaya iman dan Islam. Ayat pertama
yang turun merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkisar di seputar
nasib manusia, asal usul dan tujuannya. Kapan dan dimana serta peristiwa
yang terjadi pada saat ayat pertama dan terakhir diturunkan kepada
Muhammad SAW. Para jumhur ulama’ menyebutkan bahwa ayat yang pertama
kali turun ialah surat al-‘Alaq ayat 1-5.
Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu
Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(Al ‘Alaq 1-5).
Surat al-‘Alaq diturunkan ketika
rasulullah saw berada di gua hira’ , yaitu sebuah gua dijabal nur, yang
terletak kira-kira tiga mil dari kota Mekah. Ini terjadi pada malam
senin, tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari usia Rasulullah 13 tahun
sebelum hijriyah. Bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 M. malam
turunnya al-Quran pertama kali di ‘lailatul qodar” atau ‘lailatul
mubarakah”, yaitu suatu malam kemuliaan penuh dengan keberkahan.
Pengajaran Dengan Pena
Surat al-‘Alaq 1-5 menjelaskan jawaban gelisah dan kerisauan yang dialami oleh nabi Muhammad SAW melihat realitas jahiliyah. Nabi risau dengan keadaan bangsa Arab yang kesuku-sukuan, menuhankan patung dan berhala serta bermusuh-musuhan. Nabi menepi dan bertahanus di gua hira’ sampai akhirnya turun wahyu. Allah memperkuat hati nabi Muhammmad bahwa hanya kepada Allah SWT manusia bersandar dari segala sesuatu. Allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Pada ayat berikutnya Allah menunjukkan sifat Allah yang maha pemurah. Hanya kepada Allah manusia meminta segala sesuatu. Berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah yang maha mulya.
Surat al-‘Alaq 1-5 menjelaskan jawaban gelisah dan kerisauan yang dialami oleh nabi Muhammad SAW melihat realitas jahiliyah. Nabi risau dengan keadaan bangsa Arab yang kesuku-sukuan, menuhankan patung dan berhala serta bermusuh-musuhan. Nabi menepi dan bertahanus di gua hira’ sampai akhirnya turun wahyu. Allah memperkuat hati nabi Muhammmad bahwa hanya kepada Allah SWT manusia bersandar dari segala sesuatu. Allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Pada ayat berikutnya Allah menunjukkan sifat Allah yang maha pemurah. Hanya kepada Allah manusia meminta segala sesuatu. Berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah yang maha mulya.
Pada ayat Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam,
menujukkan budaya tulis menulis. Al-Quran menunjukkan kemajuan manusia
yang dicapai melalui budaya tulis menulis. Kala itu hanya dikenal dengan
budaya lisan, berupa syair-syair, namun Allah mengajarkan manusia
dengan pena. Suatu lompatan budaya al-Qur’an. Jika melihat realitas
peradaban keilmuan dan pengetahuan dipelajari dari warisan buku-buku
yang ditulis oleh para ilmuwan. Demikian, juga kitab al-Qur’an, ditulis
dan terjaga hingga saat ini, sebagai satu-satunya kitab suci yang
otentik dari segi lafadz dan periwayatannya.
Di Indonesia, tradisi tulis menulis masih
langka, banyak ilmu yang bertebaran di masyarakat, tapi hanya sedikit
orang yang mau mengumpulkan dalam tulisan, hingga sejarah kelam kerap
terjadi berulang-ulang. Misalnya, pertikaian antar suku, korupsi dan
pembalakan hutan adalah tradisi yang membuat bangsa ini tercabik-cabik,
akhirnya, kebodohan cenderung terulang dari masa ke masa. Kita jarang
belajar dari sejarah, karena kita tidak tahu sejarah dan tidak punya
tulisan yang bisa dipelajari dari sejarah bangsa ini. Selayaknya, para
manusia bisa mengambil pelajaran dari turunnya wahyu pertama, untuk
mengingatkan manusia agar belajar tentang tulis menulis. Menuliskan
pengetahuan yang ada di alam semesta. Mengkaji makna butiran-butiran
mutiara al-Qur’an sebagai landasan teori dasar pengetahuana dan
seterusnya.
Tidak bisa dipungkiri, bangsa yang
memiliki peradaban maju, adalah bangsa yang memiliki tradisi tulis
menulis yang kreatif. Sehingga generasi mendatang bisa belajar dari
buku-buku yang dihasilkan oleh generasi sebelumnya.
Peristiwa turunnya Al-Qur`an (Nuzulul
Qur`an) yang terjadi pada malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik
dari seribu bulan, merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting
dalam sejarah dan perkembangan Islam. Di saat itulah sosok pemuda
terpercaya yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib resmi
diangkat oleh Allah SWT sebagai nabi dan rasul terakhir akhir zaman.
Karenanya, Nuzulul Qur`an dan kenabian
Muhammad saw memiliki hubungan yang erat dimana hubungan tersebut telah
mempengaruhi kualitas agama islam dari beberapa segi:
1. Tanpa turunnya Al-Qur`an, Muhammad saw tidak akan diangkat menjadi nabi. menyampaikan Firman Allah kepada ummat manusia, dan menjelaskan ayatNya dengan sunnahnya saw.
2 Al-Qur’an menjadi pedoman bagi seluruh ummat manusia yang beriman dan ingin serta mempunyai tekad tinggi untuk menghapal. memahami, mengamalkan ayat demi ayat yang terdapat padanya. yang kemudian mereka dikenal dengan istilah ulama alias orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan lebih serta menguasai ulumuddin [ilmu-ilmu keagamaan]. Mereka hadir dan wafat dengan meninggalkan wasiat agar generasi ulama berikutnya tetap setia belajar, mengajar dan menjabarkan isi Al-Qur`an dan As-Sunnah untuk menjawab persoalan masyarakatnya dan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
1. Tanpa turunnya Al-Qur`an, Muhammad saw tidak akan diangkat menjadi nabi. menyampaikan Firman Allah kepada ummat manusia, dan menjelaskan ayatNya dengan sunnahnya saw.
2 Al-Qur’an menjadi pedoman bagi seluruh ummat manusia yang beriman dan ingin serta mempunyai tekad tinggi untuk menghapal. memahami, mengamalkan ayat demi ayat yang terdapat padanya. yang kemudian mereka dikenal dengan istilah ulama alias orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan lebih serta menguasai ulumuddin [ilmu-ilmu keagamaan]. Mereka hadir dan wafat dengan meninggalkan wasiat agar generasi ulama berikutnya tetap setia belajar, mengajar dan menjabarkan isi Al-Qur`an dan As-Sunnah untuk menjawab persoalan masyarakatnya dan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Perlu diketahui bahwa Al-Quran turun dua periode dan keduanya sama-sama terkait dengan bulan Ramadhan.
Periode pertama, Al-quran turun dari sisi
Allah ke langit dunia. Ini yang kemudian dikenal dengan Lailatul Qadar.
Turun secara keseluruhan dalam satu waktu. Kejadiannya bukan di masa
Nabi melainkan di masa lalu, yang menurut sebagian riwayat pada sebelum
terjadi penciptaan manusia.
Periode kedua, Al-Quran turun dari langit
dunia ke muka bumi (kepada Rasulullah saw), secara berangsur-angsur
selama 23 tahun, dimulai dengan 5 ayat pertama surat Al-’Alaq.
Kejadiannya pada tahun 632 Masehi bertepatan dengan malam 17 Ramadhan,
menurut kebanyakan analisa sejarah dan pendapat para ulama.
Al-Quran merupakan firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam
menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di
dunia maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa oleh al-Quran selalu
relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk
mengajak manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan
solusi terhadap problema tersebut di manapun dan kapanpun mereka berada.
Pada kenyataannya, al-Quran benar-benar
menciptakan design yang dahsyat dalam Bahasa Arab dengan mengubah
instrument-instrument teknis pengungkapannya. Pada satu sisi, ia
menggantikan syair arab yang begitu terkenal dengan keabsahan dan
keragamana kosa katanya dengan bentuk dan tatanan bahasa sendiri yang
tak tertirukan, walaupun sama-sama menggunakan bahasa yang sama. Pada
sisi lain memperkenalkan konsep-konsep dan tema-tema baru ang utuh dan
lengkap.serta menegakan prinsip-prinsip aqidah yang utuh dan sempurna.
Al-Quran juga mengalihkan perhatiannya kepada masa lalu yang jauh di dalam sejarah perjalanan ummat manusia sekaligus mengarah ke masa depannya dengan tujuan mengajarkan tugas-tugas masa kini. la melukiskan gambaran dan tanda-tanda yang mengundang manusia untuk segera menarik pelajaran darinya. Setelah pelajaran dapat ditarik kesimpulannya, ternyata jiwa manusia tanpa disadari terseret serta terpesona oleh kedalaman dan keluasan makna al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa al-Quran sebagai mukjizat terbukti menjadi modal kehidupan dunia dan akhirat.
Al-Quran juga mengalihkan perhatiannya kepada masa lalu yang jauh di dalam sejarah perjalanan ummat manusia sekaligus mengarah ke masa depannya dengan tujuan mengajarkan tugas-tugas masa kini. la melukiskan gambaran dan tanda-tanda yang mengundang manusia untuk segera menarik pelajaran darinya. Setelah pelajaran dapat ditarik kesimpulannya, ternyata jiwa manusia tanpa disadari terseret serta terpesona oleh kedalaman dan keluasan makna al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa al-Quran sebagai mukjizat terbukti menjadi modal kehidupan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar