Haji Agus Salim lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada 9 Oktober
1884. Tokoh yang pada waktu kecil mempunyai nama Masyhudul Haq ini
adalah seorang ulama dan tokoh pejuang kemerdekaan. Ayahnya seorang
kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh Agus Salim di Europeesche Lagere School (ELS) sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool
(HBS) di Batavia. Agus Salim berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS
se-Hindia Belanda. Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan
pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada
tahun 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja
pada Konsulat Belanda di sana.
Agus Salim kemudian menekuni dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di
Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua
Redaksi. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga
akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian
mendirikan surat kabar Fadjar Asia. Selanjutnya beliau menjabat sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim aktif dalam dunia politik sebagai pemimpin organisasi Sarekat Islam.
Agus Salim menguasai sembilan bahasa asing, diantaranya Belanda,
Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang. Haji Agus Salim
pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi.
Agus Salim pernah menjabat Menteri Luar Negeri pada periode 3 Juli 1947 –
20 Desember 1949. Pada masa jabatannya Agus Salim menjadi ketua
delegasi Indonesia dalam Inter Asian Relation Conference di India dan berusaha membuka hubungan diplomatik dengan sejumlah Negara Arab, terutama Mesir dan Arab Saudi.
Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
• Anggota Volksraad (1921-1924)
• Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
• Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II dan Kabinet Sjahrir III (1946-1947)
• Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir (1947)
• Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II (1947-1948)
• Menteri Luar Negeri Kabinet Kabinet Hatta I dan Kabinet Hatta II (1948-1949)
• Anggota Volksraad (1921-1924)
• Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
• Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II dan Kabinet Sjahrir III (1946-1947)
• Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir (1947)
• Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II (1947-1948)
• Menteri Luar Negeri Kabinet Kabinet Hatta I dan Kabinet Hatta II (1948-1949)
Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 Agus Salim mengarang buku "Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid Harus Dipahamkan?" yang kemudian diubah menjadi "Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal".
Agus Salim meninggal dunia pada tanggal 4 November 1954 di RSU Jakarta
dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Jabatan dalam kabinet:
- Menteri Muda Luar Negeri dalam kabinet Sjahrir II masa kerja 12 Maret 1946 – 2 Oktober 1946
- Wakil Menteri Luar Negeri dalam kabinet Sjahrir III masa kerja 2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947
- Menteri Luar Negeri dalam kabinet Amir Sjarifuddin I masa kerja 3 Juli 1947 – 11 November 1947
- Menteri Luar Negeri dalam kabinet Amir Sjarifuddin II masa kerja 11 November 1947 – 29 Januari 1948
- Menteri Luar Negeri dalam kabinet Hatta I masa kerja 29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949
- Menteri Luar Negeri dalam kabinet Hatta II masa kerja 4 Agustus 1949 – 20 Desember 1949
Tidak ada komentar:
Posting Komentar