1. Penemuan Fosil Berusia 3,5 Miliar Tahun Lalu
Para
ilmuwan dari Old Domnion University menemukan fosil yang diklaim sebagi
fosil tertua di bumi. Mereka mengungkapkan usia fosil purba ini
diperkirakan hampir 3,5 miliar tahun.
Nora Noffke, salah satu
peneliti juga menjelaskan jika fosil yang ditemukan di wilayah Pilbara,
Barat Laut Australia ini dapat membantu menginformasikan pencarian
kendaraan penjelajah Mars, Curiosity untuk mencari jejak kehidupan di
Planet Merah.
Seperti dilansir Daily Mail,
Noffke mengatakan bahwa ini adalah jejak nenek moyang tertua di bumi,
dan bukan tubuh dinosaurus. Fosil ini berupa jejak jaring seperti
laba-laba pada permukaan batu pasir yang diperkirakan telah diukir oleh
organisme hidup yang berinteraksi dengan sedimen. Namun pasir secara
bertahap berubah menjadi batu dengan tekstur khusus.
Meski para ilmuwan telah
menemukan batuan yang lebih tua, namun Noffke mengatakan bahwa untuk
menunjukkan jejak kehidupan dalam bebatuan yang terkikis ini sangat
mustahil.
"Ada beberapa yang jauh
lebih tua, tetapi mereka mengalami metamorfosis dan sulit untuk
merekonstruksi apa yang ada di sana," tambahnya.
Pola jaringan laba-laba
yang ditemukan oleh Noffke dan rekan-rekannya mengisyaratkan
bahwa bakteri primitif dihubungkan dalam jaringan yang luas. Tekstur ini
mirip dengan batuan berusia 2,9 miliar tahun yang ditemukan di Afrika
Selatan
2. Penemuan Fosil Hewan Tertua Berusia 350 Juta Tahun Lalu
Sekitar 350 juta tahun yang lalu di Bumi ada benua 'super' yang
sangat luas, dan kalajengking ini merupakan hewan darat pertama yang
tinggal di benua tersebut.
Seperti dikutip dari PhysOrg, benua super pada 350 juta tahun yang lalu itu bernama Gondwana, dan ilmuwan menemukan fosil kalajengking, yang merupakan hewan darat pertama tinggal di sana.
Spesies bernama Gondwanascorpio Emzantsiensis yang ditemukan para ilmuwan tersebut, menyediakan kepada para ilmuwan petunjuk kehidupan pada masa 350 juta tahun yang lalu.
Gondwanascorpio merupakan bagian dari wilayah di benua super bernama 'Pangaea'; yang merupakan gabungan dari benua Afrika, Amerika Selatan dan Australia.
"Kalajengking ini sudah ada dari jaman Devonian, dan saat itu beberapa benua sedang bersatu," jelas Robert Gess dari Evolutionary Studies Institute, Wits University, Afrika Selatan.
Seperti dikutip dari PhysOrg, benua super pada 350 juta tahun yang lalu itu bernama Gondwana, dan ilmuwan menemukan fosil kalajengking, yang merupakan hewan darat pertama tinggal di sana.
Spesies bernama Gondwanascorpio Emzantsiensis yang ditemukan para ilmuwan tersebut, menyediakan kepada para ilmuwan petunjuk kehidupan pada masa 350 juta tahun yang lalu.
Gondwanascorpio merupakan bagian dari wilayah di benua super bernama 'Pangaea'; yang merupakan gabungan dari benua Afrika, Amerika Selatan dan Australia.
"Kalajengking ini sudah ada dari jaman Devonian, dan saat itu beberapa benua sedang bersatu," jelas Robert Gess dari Evolutionary Studies Institute, Wits University, Afrika Selatan.
3. Penemuan Batu Tua Ratusan Juta Tahun Lalu
Peneliti dari Geological Service of Brazil menunjukkan sebongkah batu
yang diangkut dari dasar laut Rio de Janeiro. Batu yang diambil dari
kedalaman 1.500 kilometer ini diyakini mengungkap benua yang hilang
ketika Samudera Atlantik terbentuk ratusan juta tahun lalu.
Dilansir Phys, Selasa (7/5/2013), ahli geologi asal Brasil mengungkap apa yang mereka percaya sebagai bagian dari benua yang terendam ketika Samudera Atlantik terbentuk. Terbentuknya Samudera ini karena benua Afrika dan Amerika Selatan terpisah 100 juta tahun lalu.
Roberto Ventura Santos, dari Brazil's Geology Service (CPRM) mengungkap sampel batu granit ini ditemukan dua tahun lalu selama operasi pengerukan di daerah yang dikenal dengan nama "Rio Grande Elevation". Daerah tersebut merupakan sebuah pegunungan di Brasil dan perairan internasional.
Batu granit ini dianggap sebagai batu benua. "Ini bisa menjadi Brazilian Atlantis. Kami hampir meyakini, namun kami harus memperkuat hipotesis kami," ungkapnya.
Menurutnya, tim akan melakukan pengeboran tahun ini untuk mendapatkan lebih banyak sampel batu tersebut. Keyakinan peneliti semakin menguat bulan lalu ketika tim ilmuwan Brasil dan Jepang menggunakan kapal selam Shinkai 6500 dan mengamati formasi geologi bawah laut yang lokasinya berlawanan dengan pantai Brasil.
"Kami mulai melihat bahwa daerah ini bisa menjadi bagian dari benua yang menghilang ke dalam laut ratusan jutaan tahun lalu," ujar Ventura
Dilansir Phys, Selasa (7/5/2013), ahli geologi asal Brasil mengungkap apa yang mereka percaya sebagai bagian dari benua yang terendam ketika Samudera Atlantik terbentuk. Terbentuknya Samudera ini karena benua Afrika dan Amerika Selatan terpisah 100 juta tahun lalu.
Roberto Ventura Santos, dari Brazil's Geology Service (CPRM) mengungkap sampel batu granit ini ditemukan dua tahun lalu selama operasi pengerukan di daerah yang dikenal dengan nama "Rio Grande Elevation". Daerah tersebut merupakan sebuah pegunungan di Brasil dan perairan internasional.
Batu granit ini dianggap sebagai batu benua. "Ini bisa menjadi Brazilian Atlantis. Kami hampir meyakini, namun kami harus memperkuat hipotesis kami," ungkapnya.
Menurutnya, tim akan melakukan pengeboran tahun ini untuk mendapatkan lebih banyak sampel batu tersebut. Keyakinan peneliti semakin menguat bulan lalu ketika tim ilmuwan Brasil dan Jepang menggunakan kapal selam Shinkai 6500 dan mengamati formasi geologi bawah laut yang lokasinya berlawanan dengan pantai Brasil.
"Kami mulai melihat bahwa daerah ini bisa menjadi bagian dari benua yang menghilang ke dalam laut ratusan jutaan tahun lalu," ujar Ventura
4. Pecahan2 Benua Purba Berusia 750 Juta Tahun Lalu
Sampai 750 juta tahun yang lalu, daratan di Bumi hanya terdiri dari satu benua sangat besar yang bernama Rodinia.
Benua itu mengalami pergeseran dan pergerakan terus-menerus sampai menjadi benua modern seperti sekarang ini. Salah satu penyebab terjadinya "perpecahan" benua adalah peristiwa letusan gunung berapi yang terjadi 9 juta tahun lalu.
Salah satu kondisi yang bisa menggambarkan keadaan saat itu adalah jarak India dan Madagaskar. Saat itu, India adalah tetangga Madagaskar. Berbeda dengan saat ini, keduanya terpisah ribuan kilometer.
Baru-baru ini, peneliti dari University of Oslo berhasil menemukan bukti keberadaan benua purba tersebut. Mereka menemukan bukti keberadaan semenanjung Mauritia yang menghubungkan daratan India dengan daratan Mauritius di masa lampau.
Tim peneliti yang diketuai Prof Trond Torsvik dari University of Oslo, Norwegia, menemukannya berdasarkan hasil analisis kandungan material dari sampel butiran pasir yang diambil dari pantai di Mauritius.
"Dari ekstraksi sampel pasir pantai yang kami miliki, kami menemukan kandungan zircon. Kandungan ini adalah sesuatu yang hanya ditemukan pada kerak benua. Kandungan ini menunjukkan usia yang sangat tua," kata Torsvik, yang dikutip oleh BBC, Senin (25/2/2013).
Kandungan zircon berusia antara 1.970 dan 600 juta tahun. Tim berpendapat, kandungan ini merupakan ciri keberadaan daratan purba yang terangkat ke permukaan karena ledakan gunung berapi.
Dengan adanya temuan ini, Torsvik percaya kalau potongan daratan Mauritia berada kira-kira 10 km di bawah permukaan Mauritius dan di dasar Samudra Hindia. Ia juga meyakini bahwa masih ada benua purba "pecahan" yang masih bertahan sampai saat ini.
"Seychelles tersusun dari batuan granit, yang ada di kerak bumi, yang saat ini dapat ditemukan di tengah-tengah Samudra Hindia," ungkap Torsvik.
"Pada masa lalu, Ia terletak di atas Madagaskar, dan mungkin ukurannya jauh lebih besar. Masih banyak lagi pecahan-pecahan dunia purba yang bisa kita temukan," tambahnya.
"Kami membutuhkan data seismik yang dapat menggambarkan mengenai struktur (dari benua purba), yang akan menjadi bukti paling kuat. Anda bisa saja menggalinya dari dasar Bumi, tapi biayanya akan sangat besar," urai Torsvik lagi.
Ia juga menambahkan bahwa masih diperlukan lebih banyak kajian untuk menggali informasi mengenai apa yang tersisa dari benua yang hilang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar