Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sidratul muntaha [arab: سدرة المنتهى], Allah sebutkan makhluk istimewa ini dalam Al-Quran, di surat An-Najm,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Jibril di tempat tersebut, tempat para arwah yang tinggi dan suci, yang tidak bisa didekati setan atau arwah yang buruk.
Di dekat sidratul muntaha terdapat surga yang berisi seluruh puncak kenikmatan, yang menjadi puncak angan-angan. Ini dalil bahwa surga berada di tempat yang sangat tinggi, di atas langit ketujuh.
Ketika sidratul muntaha diliputi dengan ketetapan dari Allah. Menjadi sesuatu yang sangat besar dan indah dengan gemerlap warna. Tidak ada yang bisa menggambarkan keindahannya dengan rinci kecuali Allah. Pandangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tolah toleh dari arah yang menjadi tujuannya, tidak juga melebihi batas yang diizinkan. Ini menunjukkan bagaimana adab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau melihat berbagai kejadian yang luar biasa. Beliau melihat surga, melihat neraka dan melihat kejadian gaib pada malam isra miraj. (simak Taisir Karim Ar-Rahman, hlm. 818)
Ibnu Abbas dan para ahli tafsir mengatakan,
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dsampaikan Imam As-Sa’di. Dalam tafsirnya, beliau menjelaskan alasan penamaan sidratul muntaha,
Terdapat beberapa riwayat shahih yang menjelaskan sifat fisik Sidratul Muntaha, berikut diantaranya,
1. Hadis dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam riwayat Ahmad (12673), terdapat keterangan,
2. Hadis dari Asma bintu Abu Bakr radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang Sidratul Muntaha,
3. Hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
4. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari beberapa hadis di atas, kita bisa menyimpulkan gambaran Sidratul Muntaha,
Ya Rab, berikan kami kekuatan istiqamah dan masukkan kami ke dalam surga-Mu dengan rahmat-Mu. Amiin .....
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى وَلَقَدْ رَآهُ
نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّةُ
الْمَأْوَى إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى مَا زَاغَ الْبَصَرُ
وَمَا طَغَى لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang
telah dilihatnya? Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratil muntaha.
di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan
tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm: 12 – 18)
Tafsir Umum
Apakah orang musyrikin hendak meragukan dan membantah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah melihat Jibril. Padahal dia telah melihat Jibril dalam bentuk
aslinya sebanyak 2 kali: (1) ketika Jibril berada di atas ufuk yang
tinggi (di bawah langit dunia) dan jibril mendekat untuk menyampaikan
wahyu kepadanya. (2) ketika di Sidratil muntaha di atas langit ke tujuh, pada saat beliau menjalani isra’ miraj.Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Jibril di tempat tersebut, tempat para arwah yang tinggi dan suci, yang tidak bisa didekati setan atau arwah yang buruk.
Di dekat sidratul muntaha terdapat surga yang berisi seluruh puncak kenikmatan, yang menjadi puncak angan-angan. Ini dalil bahwa surga berada di tempat yang sangat tinggi, di atas langit ketujuh.
Ketika sidratul muntaha diliputi dengan ketetapan dari Allah. Menjadi sesuatu yang sangat besar dan indah dengan gemerlap warna. Tidak ada yang bisa menggambarkan keindahannya dengan rinci kecuali Allah. Pandangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tolah toleh dari arah yang menjadi tujuannya, tidak juga melebihi batas yang diizinkan. Ini menunjukkan bagaimana adab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau melihat berbagai kejadian yang luar biasa. Beliau melihat surga, melihat neraka dan melihat kejadian gaib pada malam isra miraj. (simak Taisir Karim Ar-Rahman, hlm. 818)
Makna kata: Sidratul Muntaha
Sidrah artinya pohon sidr (bidara), sama nama namun hakekatnya beda. Muntaha artinya puncak.Ibnu Abbas dan para ahli tafsir mengatakan,
سميت سدرة المنتهى لأن علم الملائكة ينتهي إليها ولم
يجاوزها أحد إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم وحكي عن عبد الله بن مسعود
رضي الله عنه أنها سميت بذلك لكونها ينتهي إليها ما يهبط من فوقها وما يصعد
من تحتها من أمر الله تعالى
Dinamakan sidratul muntaha (pohon puncak), karena ilmu malaikat
puncaknya sampai di sini. Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan diriwayatkan dari
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa dinamakan sidratul muntaha karena
semua ketetapan Allah yang turun, pangkalnya dari sana dan semua yang
naik, ujungnya ada di sana. (Ta’liqat ‘ala Shahih Muslim, Muhamad Fuad
Abdul Baqi, 1/145).Tidak jauh berbeda dengan apa yang dsampaikan Imam As-Sa’di. Dalam tafsirnya, beliau menjelaskan alasan penamaan sidratul muntaha,
سميت سدرة المنتهى، لأنه ينتهي إليها ما يعرج من الأرض،
وينزل إليها ما ينزل من الله، من الوحي وغيره، أو لانتهاء علم الخلق إليها
أي: لكونها فوق السماوات والأرض، فهي المنتهى في علوها أو لغير ذلك، والله
أعلم.
Dinamakan sidratul muntaha, karena tempat pohon ini merupakan puncak
segala sesuatu yang naik dari bumi, dan yang Allah turunkan, pangkalnya
di sidratul muntaha, baik wahyu atau lainnya. Bisa juga dimaknai, karena
sidartul muntaha merupakan puncak yang diketahui makhluk. (lebih dari
itu, makhluk tidak tahu), karena pohon ini berada di atas langit dan
bumi. Sehingga sidratul muntaha merupakan puncak ketinggian, atau
lainnya. Allahu a’lamSifat Sidratul Muntaha
Terdapat beberapa riwayat shahih yang menjelaskan sifat fisik Sidratul Muntaha, berikut diantaranya,
1. Hadis dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ المُنْتَهَى، فَإِذَا نَبِقُهَا
كَأَنَّهُ قِلاَلُ هَجَرَ وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الفُيُولِ فِي
أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ، وَنَهْرَانِ
ظَاهِرَانِ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: أَمَّا البَاطِنَانِ: فَفِي
الجَنَّةِ، وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ: النِّيلُ وَالفُرَاتُ
Aku melihat Shidratul-Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti
kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya
keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya,
“Wahai Jibril, apakah keduanya ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang
dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan
Eufrat. (HR. Bukhari 3207)Dalam riwayat Ahmad (12673), terdapat keterangan,
رُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فِي السَّمَاءِ السَّابِعَةِ
“..kemudian aku melihat sidratul muntaha di langit ketujuh..”2. Hadis dari Asma bintu Abu Bakr radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang Sidratul Muntaha,
يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّ الفَنَنِ مِنْهَا مِائَةَ
سَنَةٍ، أَوْ يَسْتَظِلُّ بِظِلِّهَا مِائَةُ رَاكِبٍ، فِيهَا فِرَاشُ
الذَّهَبِ كَأَنَّ ثَمَرَهَا الْقِلَالُ
Orang yang naik kuda baru bisa melintasi bayang-bayangnya selama
seratus tahun atau seratus penunggang kuda, bisa dinaungi
bayang-bayangnya, di sana ada laron dari emas, buahnya seperti kendi
besar. (HR. Turmudzi 2541 dan beliau menilai: Hasan Shahih).3. Hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ المُنْتَهَى، وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لاَ أَدْرِي مَا هِيَ
“…hingga saya berhenti di sidratil muntaha, dan pohon ini diliputi warna, yang saya tidak tahu apa itu.”4. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَمَّا عُرِجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ ذُهِبَ
بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، …. فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ
اللَّهِ مَا غَشِيَهَا، تَغَيَّرَتْ، فَمَا أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ
يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا
Ketika saya dimi’rajkan ke langit ke tujuh, saya diajak ke
sidratul muntaha,… ketika pohon ini diliputi perintah Allah, dia
berubah. Tidak ada seorangpun manusia yang mampu menggambarkannya,
karena sangat indah. (HR. Abu Ya’la Al-Mushili 3450 dan dishahihkan Husain Salim Asad).Dari beberapa hadis di atas, kita bisa menyimpulkan gambaran Sidratul Muntaha,
- Sidratul muntaha bentuknya pohon, layaknya pohon bidara. Sama nama, namun beda hakekat.
- Pohon ini berada di atas langit ketujuh.
- Pohon ini sangat besar, hingga ketika penunggang kuda hendak melintasi bayang-bayangnya, dia membutuhkan waktu 100 tahun baru bisa sampai ke ujung.
- Sidratul muntaha memiliki duan dan buah
- Daun sidratul muntaha seperti telinga gajah, dan buahnya seperti kendi yang sangat besar.
- Terdapat laron-laron dari emas di sana.
- Diliputi dengan perintah Allah, hingga warnanya berubah.
- Pohon sidratul muntaha sangat indah, hingga tidak ada manusia yang mampu menggambarkan keindahannya.
- Di dekat sidratul muntaha terdapat surga
Ya Rab, berikan kami kekuatan istiqamah dan masukkan kami ke dalam surga-Mu dengan rahmat-Mu. Amiin .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar