Rumah
Bersejarah Kalijati berada di Komplek Garuda E 25 Lanud Suryadarma, secara
administratif termasuk di wilayah Desa Kalijati Barat, Kecamatan Kalijati.
Lokasi ini tepatnya berada pada posisi 06° 31' 426" Lintang Selatan dan
107° 39' 660" Bujur Timur, sekitar 25 km dari kota Subang. Untuk mencapai
lokasi ini bila ditempuh dari Jakarta lewat jalan tol Sadang sejauh 170 km atau
sekitar 2 jam 30 menit, ditempuh dari Bandung lewat jalan tol Sadang sejauh 78
km atau sekitar 50 menit.
Rumah
Bersejarah Subang merupakan objek yang bernilai sejarah tinggi bagi bangsa
Indonesia. Di tempat ini, pada tanggal 8 Maret 1942 telah dilaksanakan
penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, yang ditandai dengan penandatangan
naskah penyerahan tanpa syarat kekuasaan Belanda kepada Jepang. Dengan
ditandatangani perjanjian tersebut maka berakhirlah penjajahan Belanda secara
keseluruhan di bumi Indonesia.
Momen
bersejarah menjelang penyerahan Belanda kepada Jepang adalah pendaratan pasukan
Jepang di Eretan Wetan pada 28 Februari menjelang 1 Maret 1942. Pasukan yang
dipimpin Kolonel Shoji ini bertugas menggempur pangkalan udara Kalijati dan
menduduki Subang. Ketika itu Belanda diperkuat pasukan Inggris serta Landswacht
dan Standswacht tidak kuasa menahan serangan Jepang dan akhirnya mundur ke
Bandung. Pasukan Jepang mengejarnya lewat Ciater. Pada 6 Maret 1942 terjadi
pertempuran sengit di Ciater. Tidak lama setelah itu Lembang sebagai pintu
gerbang menuju Bandung berhasil dikontrol pasukan Jepang. Keberhasilan ini
memaksa pasukan KNIL (Koninklijk Netherlandsch Indische Leger) di bawah
komandan Letnan Jenderal Terpoorten melakukan gencatan senjata pada 7 Maret
1942. Rentetan peristiwa inilah yang memaksa dilakukannya perjanjian penyerahan
Belanda tanpa syarat pada 8 Maret 1942.
Sekarang
ini Rumah Bersejarah Kalijati dijadikan Museum di bawah pengelolaan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Subang. Rumah Sejarah Kalijati banyak
menyimpan bukti-bukti sejarah bagi bangsa Indonesia. Para pengunjung dapat melihat
koleksi-koleksi museum yang berhubungan dengan masa penjajahan Belanda dan
Jepang pada masa itu khususnya peristiwa penyerahan Belanda kepada
Jepang.
Rumah
Bersejarah Kalijati merupakan rumah tinggal bergaya postmodern berukuran
sekitar 10 x 10 m, dengan atap berbentuk limas. Keletakan rumah sejarah pada
sudut baratdaya blok perumahan menghadap ke arah timur. Bagian serambi depan
yang berada di sisi utara berupa ruangan terbuka. Pada dinding di sisi utara
terdapat gambar bendera Belanda, Jepang, dan Indonesia. Pintu masuk berada di
bagian tengah atau di sisi selatan serambi depan. Memasuki ruang dalam bagian
pertama merupakan semacam ruang tamu. Pada ruangan ini sekarang tersimpan
barang-barang bersejarah berkaitan dengan perjanian penyerahan tanpa syarat
pihak Belanda kepada Jepang antara lain prasasti peringatan pendaratan pasukan
Jepang, samurai Jepang, Guci keramik, dan beberapa benda pecah belah peralatan
rumah tangga. Di sebelah kiri atau sebelah selatan ruangan ini terdapat kamar
depan. Di ruang ini terpajang foto-foto lama mengenai berbagai peristiwa.
Sangat menarik adalah penyajian peristiwa perjanjian penyerahan Belanda tanpa
syarat kepada Jepang. Foto-foto disusun secara kronologis dan dilengkapi dengan
keterangan (caption).
Ruang
tamu kemudian masuk ke ruang tengah. Ruangan ini merupakan tempat
dilaksanakannya perjanjian penyerahan tanpa syarat Belanda kepada Jepang. Di
ruangan ini terdapat meja dan kursi yang dahulu dipakai perundingan. Meja
terbuat dari kayu ditutup taplak bermotif kotak-kotak berwarna hitam – putih.
Sedangkan kursi juga terbuat dari kayu, bagian tempat duduk dan sandaran
terbuat dari anyaman rotan. Susunan meja dan kursi dipertahankan sebagaimana
posisi waktu perundingan. Meja dalam posisi memanjang dengan kursi berderet pada
kedua sisi meja masing-masing tiga kursi. Deretan kursi sebelah dalam (selatan)
merupakan tempat duduk Letnan Kolonel P G Mantel, Letnan Jenderal Ter Poorten,
dan H. Mayor Jenderal Bakers. Deretan kursi sebelah luar (utara), yaitu dekat
dengan jendela merupakan tempat duduk Kepala Staf Seisaguro Okazaki, Letnan
Jenderal Hitoshi Imamura, dan Drs. Thijs. Pada dinding dalam terpampang lukisan
peristiwa perundingan. Di sebelah kiri (selatan) ruang tengah terdapat kamar
tengah. Di kamar tengah selain dipajang foto-foto lama juga tersimpan peralatan
lama seperti misalnya radio listrik. Ruang tengah kemudian masuk ke ruang dalam
yang berfungsi sebagai dapur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar